Jumat, 29 Mei 2009
hujan senja
senja ini hujan
hujan memenuhi senja
gemericik
dan semakin menggemuruh
merajam bumi yang dahaga
dengan jarum-jarum air beningnya
bumi penuh luka
luka demi rindunya
akan kesejukan yang didambanya
aku memandang bumi
penuh luka nan pedih
dari luka-lukanya
semerbak bau tanah wangi
membuai angan ku tinggi
ke tempat bidadari hati
yang namanya
selalu ber-gaung gemanya di relung hati
kini dan akan seperti demikian ini
hingga akhir nanti
Kamis, 28 Mei 2009
sepi katamu
akan ku tunggu
akan ku tunggu kau hari ini
agar tiada kurasa lagi
kegalauan dalam hati
seperti kurasa kemarin hari
akan ku tunggu kau hari ini
dalam harap penuh arti
akan hadirnya kekasih hati
akan ku tunggu kau hari ini
walau entah apa yang akan terjadi
karena semua hanyalah misteri
kuhanya ingin
tiada lagi
galau tertinggal di hati
agar tiada kurasa lagi
kegalauan dalam hati
seperti kurasa kemarin hari
akan ku tunggu kau hari ini
dalam harap penuh arti
akan hadirnya kekasih hati
akan ku tunggu kau hari ini
walau entah apa yang akan terjadi
karena semua hanyalah misteri
kuhanya ingin
tiada lagi
galau tertinggal di hati
padamu
kala sadarku
menipis
mengapa
nama mu
terucap lirih
kala sadarku
menipis
mengapa
wajahmu
membayang
tipis
embunkan rasaku dalam mu
kabutkan bayangmu dalam beku
walau semua adalah semu
namun
cukuplah itu bagiku
ku menahan mentari datang
agar tiada bayanganmu terbang
seperti kabut dan embun
yang segera riang melayang
dalam hangatnya mentari
pagi nanti
Selasa, 26 Mei 2009
tea for two
sudah sore kekasihku
saatnya kubuatkan segelas teh untukmu
untuk kita nikmati berdua
di senja yang menyejukkan hati kita
sudah sore kekasihku
saatnya kubuatkan segelas teh untukmu
sekedar pengait agar ikatan kita tiada punah selamanya
walau tiada nampak wadag dan lahir kita
sudah sore kekasihku
saatnya kubuatkan segelas teh untukmu
dan kuminum dari satu sisi yang sama
berhadap suatu saat kau menikmatinya dari sisi sebelahnya
sudah sore kekasihku
saatnya kubuatkan segelas teh untukmu
ku reguk perlahan bersama kenangan indah bersamamu
setiap reguknya menghangatkan relung kalbuku
menyala kembali cinta yang tersimpan indah di sana
sudah sore kekasihku
saatnya kubuatkan segelas teh untukmu...
seiring mentari pulang
dalam sinarnya yang redup dan syahdu...
setiap kali
setiap kali
ku dengar kabar tentangmu
semua
yang telah terjadi
seakan
diputar kembali
setiap kenangan akan mu
setiap tangisanmu
setiap goda nakalmu
setiap canda riangmu
setiap keluhmu diujung rasamu
setiap peluk dan cium-mu yang syahdu,
setiap rasa yang menggebu-gebu
setiap sentuhan dan lenguh nafasmu
setiap hangatmu yang merambati relungku
dan ujungnya adalah
semakin merindmu....
namun
selalu kunanti
kabar darimu
dan sepenggal sajak :" setiap kali"
akan terbit kembali
menelpon
"jangan GR ya, dia menelponku semalam"
aku terdiam.... aku menatap wajah kakak .... dari sorot mataku rupanya kakak tahu apa yang kurasa...
"dan nadanya dia kangen sekali padamu...."
"seandainya dia punya cukup keberanian dan sudah siap mungkin dia pasti menelponmu, aku tahu dia menelpon aku bukan untuk tahu kabarku tetapi ingin tahu kabarmu... aku bisa merasa itu."
aku menghela nafas....
"aku harap berita ini membuatmu cukup lega dan mampu melepaskan kegelisahanmu..." kakak menepuk pipiku dan tangannya merayap ke pundakku... dan dengan kasih mengguncang-guncangkan badanku....
"be strong, okey?..." kakak menarik tubuhku ke arahnya dan memelukku penuh kasih.....
hanya sebaris kata yang terucap dari mulutku ... kata yang selalu ucapkan pada kakak
" aku merindukannya... amat sangat merindukannya...."
dan mentari seperti membakar jiwa... membuat jiwa yang lelah menjadi lebih lelah... membuat hati yang gundah menjadi makin gundah... dan rindu itu semakin menebal... dan menebal...
aku melayangkan pandanganku selepas-lepas nya.... berharap menemukan secercah bayangannya di antara awan atau angin yang semilir perlahan... yang menggoyangkan bunga-bunga seolah berusaha menghindari kupu-kupu bercorak coklat dan hitam yang ingin mengisap madunya...
"kekasihku, aku merindukanmu..."
Senin, 25 Mei 2009
dengung
dengung
mengubur suara
berdengung
dalam rumah siput telinga
dengung
menebar hawa
menembus kalbu
mengapa terasa hampa
dengung
menyusup ke relung-relung hati
ketika sepi menyayat lirih
hati yang tertindih
dendam rindu dan perih
dalam dengung
ku merenung
secara limbung
butir beningnya luruh perlahan
hingga menetes di ujung hidung
jadi...
"hmmmm"
"jadi kamu masih berharap dia mengingatmu?"
aku diam
dia diam
hanya berisik angin menimpa rumput ilalang di sore itu yang mengisi kekosongan.
Langit mulai berwarna lembayung ketika aku tanpa bicara berdiri menatap ujung cakrawala.
Mentari turun ke peraduannya pelan namun pasti.
"hei... mari kita turun, sudah mau gelap ni.....?" aku menoleh padanya dia tersenyum padaku penuh pengertian.
"sudahlah... aku mengerti... bila dia masih ingat padamu... itu rejekimu.... namun bila tidak pun itu juga rejeki mu.... karena kamu masih mengingatnya.... minimal salah satu dari kalian masih saling mengingat itu sudah baik.... jangan menuntut terlalu banyak.... kisah ini sudah lebih panjang dari yang seharusnya".
aku menghela nafas panjang... dan turun mengikuti jalan setapak ke arah desa beriringan dengannya. Kami berjalan dalam diam... dengus nafas kami berkejaran...
hari sudah gelap saat kami sampai di desa.... dan masih ada yang tertinggal di atas bukit sana....
ya... rinduku... hanya rinduku yang masih tertinggal di sana... namun aku tak akan mengambilnya... karena entah esok atau malam ini... dia akan tumbuh lagi... seperti bunga mungil ungu di atas bukit sana...
bias sinar
bias sinar
akan kah kau akan merasa
bias sinar
akan kah
memberkas
dalam sanubari
yang
mengipasi
hangat di hati
dengan
nyala
cinta abadi...
akan kah kau akan merasa
bias sinar
akan kah
memberkas
dalam sanubari
yang
mengipasi
hangat di hati
dengan
nyala
cinta abadi...
Rabu, 20 Mei 2009
Langganan:
Postingan (Atom)