Tampilkan postingan dengan label cerita senja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita senja. Tampilkan semua postingan

Selasa, 20 Desember 2011

akhir?

Aku semakin frustasi dibuatnya, wanita memang selalu pandai memutar-mutar masalah hingga tak jelas lagi inti dari masalah tersebut. Aku menatapnya geram, dengan cepat kuulurkan tanganku, kuraih tubuhnya, kini dia rasakan lenganku menghangatkan tubuhnya, "Salahku, yang terlalu cepat mengambil keputusan. Salahku, yang mengenalmu dengan begitu instan. Menyatakan cinta dengan begitu cepat, padahal kita belum saling mengenal, belum saling tahu. Tapi, kenapa kau bisa begitu menyakitiku? Apakah yang instan selalu membawa kesedihan?"

Dia memang tak membalas pelukku, tapi dia mematung, aku tahu dia turut larut dalam hangatnya suasana kali itu, hanya pada saat itulah kami bisa berbicara dengan begitu dekat, dengan pelukan lekat, "Kalau sudah seperti ini, siapa yang pantas disalahkan? Tuhan? Ah, kau tahu Tuhan memang punya wewenang tertinggi dalam hidupmu dan hidupku, tak pantas kalau aku dan kamu menyalahkan Dia. Cintamu dan cintaku terlalu buta, kita membiarkan diri kita sendiri tertabrak oleh cinta dengan brutalnya. Lalu, cinta berwujud menjadi sesuatu yang dia suka dan kita terjebak! Kalau sudah seperti ini, bagaimana mau terlepas dari jeratannya?"
 
Aku menarik nafas, menenangkan diri, sesakit inikah perpisahan? Aku pasti akan sangat merindukannya, "Berjanjilah padaku bahwa kau akan bahagia bersama pilihanmu, meskipun kebahagiaanmu tak lagi membutuhkan sosokku. Percuma mengharapkan kamu yang dulu kembali, kamu berubah menjadi seseorang yang tidak lagi kukenal. Aku memang bukan pilihan."


Senin, 12 Desember 2011

Apakah cinta selalu membutuhkan PERJUMPAAN NYATA?

"Apakah cinta selalu membutuhkan PERJUMPAAN NYATA? Bisakah cinta hadir tanpa adanya PERJUMPAAN NYATA?"



Pernahkan kaliah jatuh cinta pada seseorang yang bahkan baru kalian kenal? Seseorang yang bahkan belum kalian ketahui wujud aslinya? Seseorang yang hanya bisa kalian nikmati senyumnya melalui benda dua dimensi bernama foto? Seseorang yang hanya kalian ketahui melalui tempat absurd yang bahkan selalu dianggap sebagai tempat berkumpulnya orang yang tak punya kerjaan... Jejaring sosial.


Jejaring sosial saat-saat ini berubah menjadi "dunia" yang bahkan terkesan sangat nyata. Seseorang bisa saling bertukar pendapat, bertukar pikiran, dan bersahabat, alasan tiga hal itu bisa dilakukan adalah karena mereka cocok, walaupun kecocokan itu hanya tercipta melalui dunia maya. Kecocokan dan perhatian kecil itulah yang bisa membuat seseorang jatuh cinta dengan teman dunia mayanya, jatuh cinta pada seseorang yang bahkan belum pernah mereka temui.


Siapa yang sangka? Siapa yang bisa menerka? Ketika cinta diam-diam merasuki perasaan seseorang, dengan cara yang berbeda-beda, dengan cara-cara aneh yang bahkan tak bisa dilogiskan oleh akal sehat. Memang, kadang cinta itu bersifat abnormal, menjauhi garis normal, dan mendekati garis yang tak logis. Tapi, ketidaknormalan itulah yang membuat cinta menjadi indah, kebodohan itulah yang membuat cinta terasa mengesankan.


Hanya karena status beberapa baris di facebook, hanya karena beberapa karakter tweet di twitter, dan hanya karena mahluk cerdas bernama handphone itu, seseorang bisa jatuh cinta? JELAS! Cinta bisa datang dengan cara yang unik, bahkan hanya melalui tulisan sekalipun, bahkan hanya melalui foto sekalipun. Jatuh cinta memang selalu indah bukan? Walaupun cinta dalam konteks ini adalah cinta yang tercipta melalui tekhnologi, cinta yang terbentuk melalui tulisan-tulisan lugu yang menghasilkan rindu.


Cinta tak selalu datang melalui tatapan mata, cinta tak selalu datang bahkan ketika kita mengetahui wujud asli seseorang. Cinta punya cara tersendiri untuk menyatukan seseorang, dengan cara yang logis atau bakan tak logis sekalipun, dengan dunia nyata atau bahkan dunia maya serumit apapun. Dengan adanya tekhnologi, dengan semakin cerdasnya seseorang mengungkapkan perasaannya melalui tulisan, maka cinta bisa mudah datang.


Dan, inilah satu pertanyaan simple bagi mereka yang jatuh cinta karena jejaring sosial: apakah mereka membutuhkan perjumpaan nyata?

langit - langit

Lalu, kami saling memandang. Angin yang menyelinap dari jendela menciptakan bunyi-bunyi resah yang menghentakkan jendela. Suara nyamuk beradu merdu dengan helaan nafasku dan nafasnya yang memburu satu-persatu. Aku menatap langit-langit, namun sayangnya hanya langit-langit, bukan langit. Semua putih, bukan biru. Semua datar, bukan membentuk awan.
            Suara cicak mendecak kagum melihat 2 orang yang saling bersandar di tembok. Aku dan dia masih terdiam, hanya perkataan hati saja yang merancau dan berteriak di dalam.
            "Apakah setiap pertemuan selalu butuh perpisahan? Meskipun pertemuan itu diisi dengan kebahagiaan?" Tanyanya lagi. Ah! Aku tersudut.
            Aku menjawab pertanyaan sulit itu dengan semakin erat menggenggam tangannya. Mataku masih menatap langit-langit, ia juga ikut menatap langit-langit.
            Hanya langit-langit polos yang kami lihat dan di langit-langit tak ada rembulan dan matahari yang menyinari bumi bergantian, di langit-langit hanya ada cicak yang berlari-lari kecil. Bagiku, menatap langit-langit bersamanya jauh lebih baik daripada menatap langit biru tapi tidak bersamanya.
            Dia masih bersandar diam dibahuku. Matanya masih sembab. Nafasnya masih saja sesak. Kala itu, aku hanya bisa diam lalu membuka  lengan tanganku. Sepasang lengan yang saling berpeluk adalah bukti bahwa tak ada yang menginginkan perpisahan. Mungkin, aku memang harus menunda kepergianku.

 

Jumat, 02 Desember 2011

hujan...

Kami selalu bertemu saat hujan, hanya saat hujan. Ketika gerimis menari perlahan, ketika rintik kecil itu berubah menjadi deras, maka kami saling bertemu, dengan tatapan gerah, dengan senyum merekah. Tentu kami kedinginan saat sibuk berpeluk. Kami juga tidak menentukan waktu untuk bertemu yang jelas saat hujan deras, dia sudah ada disitu, dengan lengannya yang terbuka lebar untuk memelukku. Dan, tanpa kurencanakan pun, saat hujan, aku pasti sudah disitu, menunggu dia menghampiriku dengan pelukan hangatnya, dengan desah lirihnya.
                Aku benci akhir-akhir ini hujan selalu datang tak menentu, kadang siang, kadang malam, kadang pagi, kadang senja. Aku meradang, aku dan dia tak punya banyak kesempatan untuk saling memandanga. Lagipula, kenapa aku harus begitu frustasi karena kita tak bisa terlalu sering bertemu lagi? Bukankah aku juga tak pernah tahu namanya? Bukankah aku juga tak tahu bagaimana wajah jelasnya? Bukankah sebenarnya aku tak mengetahui siapa dia? Kenapa aku begitu merindukan pertemuan, walau mungkin dia tidak merindukan sebuah pertemuan? Aku merenung sesaat, kenapa aku begitu terpaku pada fatamorgana?
                Akhirnya, hujanpun menjatuhkan rambut mayangnya ke bumi dengan bongkahan rintik-rintik kecil yang menjamu mata telanjang yang menyaksikannya. Aku tersenyum lebar, aku akan segera menemukan dia, malaikat hujan. Dia akan kembali memelukku, dengan kedua lengannya yang hangat. Aku menunggu hujan semakin deras, kulihat dia ada di ujung jalan, kali ini dia tidak menghampiriku segera, sepertinya dia juga tidak mencariku, dengan langkah gontai, aku menghampirinya, aku kedinginan.
                “Hey! Kenapa tidak langsung menghampiriku?” Tanpa jawaban dan pengungkapan, dia langsung memelukku. Kami saling bisu, malu-malu karena lama tak bertemu. Dia memang tidak pernah berkata sepatah katapun, dia hanya berbicara lewat peluknya, lewat kedua lengannya.
                “Aku merindukanmu! Mengapa kau tidak segera menjawab pertanyaanku? Kemana saja kamu?” Suara parauku beradu dengan irama deras hujan, menambah sinyal kekesalan, dalam peluknya, dia masih membisu.
                “Aku tidak menemukan orang sepertimu dalam dunia nyata.” Ucapku lesu, merintikan hujan baru dari pelupuk mataku, air mata.
                “Aku juga tak menemukan orang sepertimu dalam dunia fatamorganaku.” Tungkasnya lirih dengan gemeretak giginya. Dia kedinginan.
                Cukup dengan pelukan, hanya dengan pelukan, kami saling berbicara lewat pelukan. Sesekali dia mencium keningku, melumat bibirku, lalu kembali memelukku. Kami hanya terdiam, kami hanya membisu, kami memang tak saling tahu, kami bahkan tak pernah tahu mengapa Tuhan merencanakan kami untuk saling bertemu. Yang kutahu, aku selalu menunggu hujan, hanya untuk menemuinya, entah apa yang dia tahu, karena aku pun masih belum bisa membaca pikirannya. Yang kumengerti, kami memang tak selalu bertemu apalagi saling bertatap mata, hanya saat hujan, kami bisa menyatu, aku dan dia menjadi kita dalam satu pelukan yang diciptakan hujan. Saat itu, hanya awan kelabu yang kami lihat. Selalu kelabu pun tak apa-apa, asal dia ada dipelukku, itu saja.
                Bagiku, tak penting bagaimana seseorang saling bertemu dan memandang. Tak penting juga berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk saling berbicara lalu terdiam. Semua aspek dan teori tentang cinta menjadi sangat tidak penting, ketika dia yang ingin kutemui sudah berada di depan mataku. Bahkan, dalam kebisuaan sekalipun, kami bisa saling berbicara dan berkata rindu. Bahkan, hanya dalam pelukan semaya-mayanya sekalipun, kami bisa saling mencintai dan melindungi. Karena kebisuan tak selalu berarti benar-benar bisu, karena satu pelukan tak berarti dia akan melepas lengannya dari bahuku.
                Aku suka berbicara dengan hujan. Aku suka merindukan seseorang yang bahkan tak kuketahui wajahnya. Aku mencintai dia yang sulit untuk Kucintai. Nyatanya, aku suka, ada yang salah?

"Apakah setiap pertemuan selalu butuh perpisahan?"

"Apakah setiap pertemuan selalu butuh perpisahan? Meskipun pertemuan itu diisi dengan kebahagiaan?"


            Mataku sayup menatapmu, pipimu yang basah oleh air mata masih menahan langkahku untuk pergi. Suaramu yang lirih seakan-akan memaksaku untuk tetap terjangkau dalam tatapan matamu. Dengan kesesakan seperti ini, tidak mungkin aku mengucap kata pisah secepat ini.
            "Kenapa kamu pergi lagi?" Ucapnya lugu dari bibir tipisnya.
            "Karena memang tempatku bukan disini." Jawabku pendek. Lalu, beberapa detik setelahnya, kesunyian datang menyeruak percakapan kecil itu.
            "Tapi, belahan hatimu kan ada disini? Aku." Katanya serius sambil menyorot mataku.
            Hanya mata kami yang saling menatap, tatapannya lekat memelukku. Hanya bola matanya dan bola mataku yang masih sibuk menari-nari dalam lintasannya. Tiba-tiba saja dia bersandar dibahuku. Kepalanya menempel lembut dengan kepalanya.
            "Jadi, kapan pulang?" Dia bertanya dengan tatapan harap, berharap aku segera melontarkan jawaban pertanyaan hatinya. Dia menggenggam lembut tanganku.
            "Belum pergi kok udah nanya pulang?" Ujarku melemah, pertanyaannya menyudutkanku.
            "Aku lebih suka menunggu kepulanganmu daripada menunggu kepergianmu."
            Lalu, kami saling memandang. Angin yang menyelinap dari jendela menciptakan bunyi-bunyi resah yang menghentakkan jendela. Suara nyamuk beradu merdu dengan helaan nafasku dan nafasnya yang memburu satu-persatu. Aku menatap langit-langit, namun sayangnya hanya langit-langit, bukan langit. Semua putih, bukan biru. Semua datar, bukan membentuk awan.
            Suara cicak mendecak kagum melihat 2 orang yang saling bersandar di tembok. Aku dan dia masih terdiam, hanya perkataan hati saja yang merancau dan berteriak di dalam.
            "Apakah setiap pertemuan selalu butuh perpisahan? Meskipun pertemuan itu diisi dengan kebahagiaan?" Tanyanya lagi. Ah! Aku kembali tersudut untuk keduakalinya.
            Aku menjawab pertanyaan sulit itu dengan semakin erat menggenggam tangannya. Mataku masih menatap langit-langit, ia juga ikut menatap langit-langit.
            Hanya langit-langit polos yang kami lihat dan di langit-langit tak ada rembulan dan matahari yang menyinari bumi bergantian, di langit-langit hanya ada cicak yang berlari-lari kecil. Bagiku, menatap langit-langit bersamanya jauh lebih baik daripada menatap langit biru tapi tidak bersamanya.
            Dia masih bersandar diam dibahuku. Matanya masih sembab. Nafasnya masih saja sesak. Kala itu, aku hanya bisa diam lalu membuka  lengan tanganku. Sepasang lengan yang saling berpeluk adalah bukti bahwa tak ada yang menginginkan perpisahan. Mungkin, aku memang harus menunda kepergianku.

Senin, 28 November 2011

senja hitam

senja hitam
di tengah ladang
di ujung pematang kau berdiri
putih di antara ribuan kembang
langit di atas rambutmu
merah tembaga
engkau memandang ku
bergetar bibirmu memanggilmu
basah di pipimu air mata
kerinduan
kedamaian

batu hitam
di atas tanah merah
di sini akan ku tumpahkan rindu
kugenggam lalu ku taburkan kembang
berlutu dan berdoa
sorga lah di tanganmu
Tuhanlah di sisi mu...

kematian hanya lah tidur panjang
maka mimpi indahlah engkau
kekasihku...

pagi engkau berangkat
hati mulai berpadu
malam ku petik gitar dan terdengar
senandung
ombak di lautan
menambah
rindu dan gelisah
adakah angin gunung
adakah angin malam
mendengar keluhanku
mendengar ceritaku
dan membebaskan
diriku
dari belenggu
sepi....

Rabu, 23 November 2011

sehangat ini

Beberapa detik kami butuhkan untuk saling menatap. 
Sorotan matanya tergeletak lemah dimataku. 
Dia mengulurkan tangannya ke bahuku. 
Dia menatapku dalam dan lekat, memelukku dengan erat. 
Cintaku saat ini memelukku dengan erat. 
Tak pernah aku merasa sehangat itu.

Selasa, 22 November 2011

kala isak sirna

"Satu-satunya hal yang membuatku sedih adalah ketika aku tidak bisa memandangmu ketika kau memandangku" 

Kata mu dulu, "we had a right love but at the wrong time ..." dan kita harus terima itu... dan kita akan berjumpa ketika waktu yang tepat itu datang... tetapi sementara menunggu aku dirundung kegelisahan, kegelisahan yang mungkin tak beralasan namun sering kali mendera,

bahwa ketika pada akhirnya kita bertemu, aku tidak bisa lagi memandangmu ketika kau memandangku
bahwa ketika pada akhirnya kita bertemu, aku telah menjadi dingin ketika kau memeluk hangat diriku
bahwa ketika pada akhirnya kita bertemu, aku telah menjadi layu ketika kau butuhkan daya itu...

lalu untuk apa penantianmu
lalu untuk apa kesabaranmu?
lalu untuk apa pertemuan itu?
dan untuk apa Sang Sutradara kehidupan melakonkan kita dalam drama hidup ini?
untuk kesia-siaan? atau untuk apa?

dan ....
ketika isak itu sirna... di akhir malam-malamku dan
ketika lelah jiwa menghampiri raga di ujung dinihari

akhirnya aku harus terima...
inilah misteri itu...
entah apa dan mau bagaimana... jalannya cerita bukan di tangan ku atau di tangan mu... tapi ada pada Nya...

namun dalam hening ku ini... aku inginkan dirimu... ada dan tak pergi lagi...

namun dalam sepi ku ini... aku inginkan dirimu... ada dan tak pergi lagi...

Rabu, 09 November 2011

If I Should Love Again

I will still be loving you - If I should love again
oh my love
you were the only one
now you were gone and I am alone
all my friend
they tell me what is done is done
I preten
but deep inside I know
if I should love again
if I find some one new
it would be make believe
for in my heart it would be you
and thogh I hold her close
and want her now and then
I will still be loving you
If I should love again

All day long I keep remembering
All the night, I think of you
All my life,
you will be the song I sing
I will get by,
but this I swear is true..

if I should love again
if I find some one new
it would be make believe
for in my heart it would be you
and thogh I hold her close
and want her now and then
I will still be loving you
If I should love again

Selasa, 08 November 2011

aku ingat ... ada kau...

aku ingat
ketika dingin menyergap
dan ada kau
yang memberikan ku
sejumput rasa hangat
ketika jiwa serasa mati
dan ada kau
yang memberikan ku
sejumput harapan pasti

aku ingat
ketika hati serasa membatu
oleh lara yang menusuk kalbu
dan ada kau
yang menghembusi rasaku
agar sakit itu perlahan hilang
berganti dengan asa

aku ingat
ketika hari serasa tak pasti
ketika diri hilang percaya diri
dan ada kau
yang memberi arti
dan bahwa diri ini masih layak dicintai..

kiranya cinta mu
yang hanya tersimpan hening dalam kalbu
memampukanku
untuk menerima lagi sebuah cinta baru
meski
aku tak bisa berpaling lebih lama darimu
hatiku telat tertambat selamanya
padamu...

Kamis, 03 November 2011

seindah apakah kamu sekarang?
aku hanya bisa membayangkannya
aku ingin mengelus perut mu
yang makin membusung
dan calon orok itu
ingin ku kecup lembut

izinkan
aku mendengarkan
denyut kehidupannya
mungkin juga merasakan
sejumput cubit dan jejakannya
teraba lembut di kulit perutmu

se ayu apakah kamu sekarang?
aku ingin melihatmu
dalam jilbab biru yang baru
dengan senyum indah di bibirmu
menyambutku dengan peluk hangatmu

izinkan aku mendengar lagi
kau katakan kata-kata itu
"aku selalu mencintaimu..."

antara hadir dan pergimu

aku tak tahu
apakah hadirku
atau pergiku
yang membuat mu lega

aku tak tahu
apakah setiap pertemuan
akan membawa kelegaan
atau hanya isak di kala senja

namun,
aku merindukan kehadiran itu
meski tetap dalam cinta yang hening
ketika arti sapa
melebihi raba
ketika nuansa rasa dalam kalbu
melebihi sentuhan dalam gejolak menggebu

walau ingin
aku tak butuh jawabmu
aku hanya ingin kau tahu
sebuah hati kembali merindumu
ketika senja mengantar mentari
pulang di ujung hari
semuanya hening
sehening cinta
yang selalu ada
diriku dan dirimu

selamanya....

Rabu, 06 Juli 2011

tanpa akhir?

"jadi kamu berencana berubah pikiran?...sudah kau pikirkan baik-baik?
(aku menghela nafas)
"kamu harus paham konsekuensinya..
 aku tahu kamu merasa ikut bertanggung jawab atas yang telah terjadi
 dan memang tidak ada gunanya menyesali yang telah berlalu
  namun tidak ada gunanya juga kalau meneruskan sesuatu yang sudah kau tahu pasti bahwa itu ga bener?"


"lalu aku harus bagaimana kak?"

"hloooo kok malah tanya aku.. kamu sendiri yang lebih tahu tooo musti bagaimananya..."

"huuuuu kalau begitu sih ngapain...."
"Dik... aku kan hanya bisa mengingatkan.. memberi pertimbangan, masukan, saran, agar kau bisa mengambil keputusan dengan baik, tapi.... yang paling tahu keputusan apa yang paling tepat adalah kamu sendiri..."



"Kakak salah... bukan aku sendiri kak.. tapi aku dan dia..., ini tidak bisa aku putuskan sendiri, dia juga harus ikut memutuskan"

"tapi menurut kakak, kamu berhak kok memutuskan sendiri....
jujur ya, kadang aku heran, bagaimana kalian bisa menghidupi kisah cinta yang hening ini?.. tanpa suara... tanpa melihat wajah... aku curiga jangan-jangan saat kau mendengar suaranya dan melihat wajah aslinya ... justru menyelesaikan segalanya..."

Kok bisa gitu, kak?

"hla iya to... sekarang kan kalian hidup dalam bayangan... dan bayangan itu bisa kau rekayasa sesuai keinginanmu... keinginan kalian... padahal yang namanya orang pasti ada baiknya juga ada buruknya... dalam bayangan kita kan cenderungan mau yang baik-baiknya saja... kalau melihat aslinya... bahwa ada yang buruk-buruk juga... jangan-jangan malah ga bisa saling menerima dan kisah kalian selesai hehehehe "

".... entahlah kak... tapi aku ingin sekali bertemu dengannya... perkara nanti akan membuat ini semua selesai itu tergantung nanti saja... "

"aaaah kau, xixixixixi memang susah kalau bicara sama orang yang melankolic macam kau... bawaannya senduuuu saja... ga realistis... ga heran deh kalau kisah ini ga bakalan selesai..."

"yuk pulang, sudah gelap nih.. aku ga bawa lampu" tanpa menunggu jawaban kakak segera beranjak...

Aku ikuti dia... rambutnya yang indah bergerak lepas disapu angin malam yang dingin... apakah rambutmu seindah itu kekasihku?".... hanya keheningan yang kami tinggalkan, tak ada bunyi serangga ... bahkan gemersik ilalang pun tiada karena angin telah mati... hanya sebentar dia berhembus .... hanya hening.. seperti cinta antara aku dan dirinya...

Jumat, 24 Juni 2011

kehilangan

"kakak, dia berkabar padaku semalam" kataku

"oh ya? bagaimana kabarnya? balas kakak

"fine, hanya itu saja kabarnya... I am fine, we are fine ..."

"ya baguslah.... syukurlah semua baik-baik saja, itu cukup kan buatmu, katamu dulu kan gitu... "

"gitu gimana, kak?"

"ya gitu kan? kamu dulu kan bilang: kak, aku hanya butuh berita singkat darinya bahwa dia, mereka baik-baik saja. itu cukup. Nach sekarang sudah ada kabar dan persis sama dengan harapanmu... lalu itu cukup kan?"

aku diam saja.

"kak, apa sih kehilangan itu?"

"kenapa kau bertanya begitu" selidiknya.

"aku hanya memikirkan sebuah kalimat yang sering kali kami saling ucapkan dulu ... " I miss u"... I miss u so much.. .. jadi sebenarnya apa kehilangan itu?"

dengan cepat kakak menyahut "ah entahlah... ayo kita pulang saja!"

aku justru merebahkan diri di rerumputan yang mulai mengering... kakak beranjak... dia pergi meninggalkan ku sendiri, tanpa kata-kata. Dalam pejamku aku mendengar langkah kaki nya yang semakin menjauh... mungkin dia sengaja membiarkan aku sendiri.

Senja luruh... gelap menyergap... dan malam pun menjelang... kemana sinar mentari lembayung senja yang indah itu? duh mungkinkah ini arti kehilangan itu... aku menatap cakrawala... tiba-tiba ku lihat kerlip gemintang yang satu demi satu menghias langit yang kelam... oh indahnya... ternyata butuh kegelapan agar aku bisa menikmati indahnya bintang-bintang... ada kehilangan namun ada penemuan... ada yang hilang ada yang kemudian datang... semua nya anugerah... dan menyisakan hati yang damai...

Aku putuskan untuk menilik kembali apa yang tertinggal dalam ingatanku tentang nya.. masa-masa segala rasa dengan nya... rebak bahagia menyelubungi hatiku...

"oh Tuhan, terima kasih... atas setiap peristiwa yang telah telah terjadi... aku bersyukur pernah mengalaminya.. terima kasih... ini juga anugerah dariMu... "

hening ini terasa lain... indah dan penuh aroma cinta... I miss u ....

Selasa, 21 Juni 2011

apabila

"apakah kamu menyesal dengan keputusan mu itu?" kakak bertanya

"kenapa kakak bertanya begitu? tanya ku balik kepadanya

"enggak.., tapi kok rasanya kamu belum rela begitu..."

aku diam saja
"lalu memangnya kalau aku menarik kembali keputusan itu dan kembali ke kisah semula semua akan menjadi lebih baik, begitu?"

 Ku lihat kakak tersenyum kecil
"kakak, aku ga munafik, kadang aku masih menyimpan tanya... bagaimana kalau kami kembali seperti dulu... apakah dia akan menjadi lebih baik... menjadi lebih hidup.... lebih ini lebih itu? emangnya sebesar itu kah peranku dalam hidupnya?..."

Kakak berpaling padaku...." eeeee kamu jangan macam-macam yaaaa... dan jangan berpikir kau tidak berarti dalam hidupnya... aku yakin kamu berarti... entah seberapapun itu... kamu sudah mengisi lembar sejarah hidupnya..."


aku berkata dalam hati..."kakak... sebenarnya aku pun amat sangat merindukan saat-saat indah bersama nya... tapi....."

"ayo... kita pulang... sudah sore ..." tanpa permisi kakak menarik aku berdiri dan buyarlah anganku....
aku mengikutinya... menatap punggungnya... menuruni bukit ini... menemui realita...

Senin, 12 Juli 2010

senja asa-ku

senja menyergap ku kembali
mentari tenggelam bersama asa-ku
yang kian rapuh setelah sekian kali
terjerembab dalam kecewa dan luka
kekasih,
aku tak tahu..
mungkin hanya tingggal sekali ini
untuk aku berharap
jangan biarkan harap-ku jatuh lagi
dalam kecewa pahit yang ku telan sendiri
kali ini dia pasti berkeping-keping
dan tak mungkin bisa direkatkan lagi
selamanya
aku akan lenyap
dalam hening yang sunyi
keheningan cintaku dan cintamu...
yang kan kubawa
sampai mati

Selasa, 06 Juli 2010

satu tanya


satu tanya
mengapa kau tiba-tiba ada
walau dalam mimpi semata

satu tanya
apakah yang sekarang kau rasa
adakah rindu itu di sana?

satu tanya
adakah yang ingin terungkap
dari hatimu
ketika kau tiba-tiba hadir di mimpiku?

satu yang pasti
aku sangat rindu padamu

Kamis, 01 Juli 2010

elegi sore ini

kalau saja aku punya
sebatang kunci entah apa namanya
untuk membuka ruang baru di hati mu
akan ku kirim padamu
agar terbuka ruang cinta baru di hati mu
agar sebentuk cinta yang lain berdiam di sana
dan mengisi hari-hari mu yang kadang terasa panjang
menjadi lebih ceria lagi dan penuh harapan

kalau saja kisah cinta itu
tidak serumit jalinan rasa dalam kalbu
tentu kalbu mu telah membiru
oleh cinta yang menggebu
dan segera terbukalah ruang rindu
di hatimu

ternyata
kisah yang lama telah menorehkan rasa
rasa yang terpatri erat oleh tinta asmara
yang hanya kau dan aku
yang bisa menghayatinya
kisah menghidupi dua dunia
dalam cinta yang hening
yang tetap terjalin
sampai akhir masa...
walau dalam hati saja

Senin, 28 Juni 2010


aku sudah katakan dulu
ini akan menjadi siksa yang selalu
aku sudah katakan dulu
ini akan menjadi pedih yang pilu

namun sekarang
tiada yang bisa kita lakukan
kecuali menerima dengan tegar
segala rasa karena keputusan kita

tapi yakinlah diri
kau tak sendiri
ketika bergelung dengan rasa
ketika pedih dan bahagia
saling berpagut dalam relung kalbu
dan setiap geliatnya menorehkan perih
hingga melelehkan air mata

ku ingin dan kuminta ... kekasihku
ijinkan kenangan dan harapan
akan cinta kita yang indah
menguatkan kita
selamanya....


Jumat, 25 Juni 2010

saat matahari terbenam,
tidaklah perlu menangis,
sebab air mata yang menggenang
akan menghalangi kita
melihat bintang-bintang yang datang kemudian


violeta para