(kisah kasih dunia maya angin dan
bidadari)
Dia selalu memeluk-ku seperti ini.
Dengan lengan yang begitu lekat dan
hangat,
sampai bibir-ku tak mampu lagi ceritakan
luka yang kurasakan.
Pelukan itu menjalar
hingga ke sudut-sudut hati
yang sempat dingin oleh pengabaian-nya.
Ia mengecup puncak kepalaku
dengan lembut berkali-kali,
dan kala itu aku hanya terdiam;
tak banyak bicara-
karena pelukan sudah jelaskan segalanya.
Tentu saja tak ada lagi air mata,
karena desah napasnya
yang sejak tadi berembus menyentuh
rambut-ku...
benar-benar membuatku terasa aman dan
terlindungi;
walau hanya detik saja, aku benar-benar
merasa bahagia.
Di malam sedingin ini,
saat dia semakin eratkan peluk-nya,
lagi-lagi dia bercerita tentang kita.
Kita yang selalu saja terlupakan
olehnya,
kita yang sebenarnya tak pernah ada,
kita yang sebabkan luka
namun tak ingin mengobati-nya
bersama-sama.
Aku tak banyak berkomentar,
ketika tawa renyahnya kembali
mereka-reka bayang semu.
Kubayangkan tubuhnya
yang tak akan pernah jauh dari
pandangan.
Kudekap hangat dadanya,
tenggelam sangat lama di sana.
Sayangnya, hanya bayangan yang tak akan
mencapai kenyataan.
Aku menengadahkan wajah,
menatap matanya dalam-dalam.
Tak kutemukan cahaya di mata itu,
hanya kekosongan,
juga kegelapan.
Apa yang kuharapkan
dari sosok
yang tak pernah berikan aku jawaban?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar