Sabtu, 03 Oktober 2009

berhenti... tak lagi mendaki


bukit ini kembali sunyi...
dan begitu sunyi kurasa... angin pun tiada berhembus... semua diam, ilalang, bunga - bunga yang berserak... bahkan pohon yang tinggi ini pun diam....
aku menekuri diri,.... menatap hamparan padang ilalang yang sunyi... aku mencari-cari biasanya ada sekelompok burung yang berkejaran namun hanya sunyi... kemana kah mereka?

aku tak menduga semua seakan pergi meninggalkan aku..
aku memang harus pergi dari nya... itu keputusan yang dengan sadar aku ambil. Kebersamaan itu hanya akan membawa kepada hal yang tidak baik, bahkan mengancam. Memang meninggalkan seseorang, terlebih seseorang yang kita tahu pasti masih mencintai kita adalah hal yang tersulit, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Untuk apa terus bersama ketika kebersamaan itu justru membawa celaka?

Beribu alasan yang rasional bisa aku ungkapkan untuk menjelaskan mengapa aku harus pergi juga; dan keberanian dan tekadku ini terasa ringan dan melegakan ketika mengingat bahwa aku telah menyingkirkan bahaya itu... namun di sisi lain harus ku akui kehilangan ini begitu menyakitkan.

aku akhirnya harus berunding dengan sang waktu, untuk bersedia membantuku melewati masa ini dengan baik, dan aku juga harus berunding dengan hatiku sendiri untuk menerima bahwa semua ini harus terjadi, aku justru akan sangat jahat jika terus mengikat nya.

Dan aku harus mengakhiri kompensasi ini...
aku tak akan lagi mendaki ke atas bukit ini lagi. Mendaki ke atas bukit ini hanya lah kompensasi, dan itu artinya aku tidak mau benar-benar melepaskan, dan aku tidak mau benar-benar menerima keadaan bahwa aku telah kehilangan dirinya
aku harus berhenti. Tak lagi pergi ke puncak bukit ini.... dan meninggalkan semua nya di atas sini. Biarlah waktu melaksanakan tugasnya.... biarlah bunga-bunga yang mengering tiada lagi menjadi punya arti... biarlah hanya waktu yang menyaksikan bunga layu dan mengering... dan pohon ini meranggas di musim ini.... dan aku ingin lahir kembali....