Senin, 19 September 2011

kalau ditanya
apa yang kini hilang
apa jawabmu?

masihkah ada arti
ketika kehilangan menjadi biasa
dan asa menjadi serasa hampa?

kalau ditanya
apa yang kini tiada lagi ada
apa jawabmu?

masihkah ada arti
ketika adaku dan tiadaku
sudah tak lagi berbeda?

kalau ditanya
apa yang kini telah sirna
apa jawabmu?

kali ini tentu kau paling tahu jawabnya..
mentari tenggelam dalam sunyi...  dalam sepi gering menatap sepi... apa yang sebenarnya ku nanti?

Kamis, 15 September 2011

janji di atas ingkar


Sekat hati tak menahan jua
Lelah aku pada setiaku
Mengapa kau datang memberiku cinta
Oh inikah indah mendua
Haruskah kuhempas

Jangan kau tanyakan cinta untukmu
Di sini yang ada dirimu
Adakah benarnya janji di atas ingkar
Di sana yang ada ragu

Oh inikah indah mendua
Pergi saja pergi
Bawa jauh cintamu
Kutahu ini tak adil untukmu
Sesalkan adanya

Bukankah kita mengerti
Dan kita sadari janji 'kan hindari cinta 
 

salahkah aku, jatuh cinta lagi?


sejak ku jumpa dia
ada yang mengganggu
ku coba tuk setia
hati tak menentu
kusadari dirimu telah punya kekasih
namun tak ku ingkari
ku rindu padanya

mungkin memang
berharap ku yang salah
kusadari kuakui
kujatuh cinta lagi

kusadari dirimu
telah punya kekasih
namun tak kuingkari
kurindu padanya

mungkin memang
benar aku yang salah
kusadari kuakui
kujatuh cinta lagi

adakah artinya
kejujuran nurani
bila semua hanya
dari lukai hati nan suci

Rabu, 14 September 2011

tangis di hatiku


Kurasakan ku harapkan
Kasih sayang di hatimu
Sejak kubertemu
Denganmu dahulu

Kusayangkan kusesalkan
Pertemuan telah berlalu
Tinggal rasa rindu
Kapan ku bertemu

Kutitipkan tangis di hatiku
Terlalu banyak beban hidupku kekasihku

Kulepaskan senyum dan tawaku
Untuk menguatkan harapkanku kepadamu 
Kurasakan ku harapkan
Kasih sayang di hatimu
Sejak bertemu
Denganmu dahulu

Senin, 12 September 2011

Aku Bersamamu, Sayang...

Aku Bersamamu, Sayang...



Seorang anak lahir setelah 11 tahun pernikahan. Kelahirannya, tentu saja,
menambah kebahagiaan pasangan suami-istri yang sangat saling mencintai.



Saat anak tersebut berumur dua tahun, suatu pagi si ayah melihat sebotol
obat yang terbuka. Namun karena terburu-buru ke kantor karena ada hal yang
amat penting, ia tak sempat menutupnya. Sembari mengecup kening istrinya
dengan tergesa-gesa, dia meminta istrinya untuk menutup botol obat itu dan
menyimpannya di lemari. Istrinya, karena kesibukannya di dapur sama sekali
melupakan hal tersebut.



Anak itu melihat botol itu dan dengan riang memainkannya. Karena tertarik
dengan warna obat tersebut, lalu si anak memakannya semua. Padahal, itu
adalah obat keras. Melihat sang anak terkapar, sang istri segera membawa
putranya ke rumah sakit. Tapi si anak tidak tertolong. Dia sedih, sekaligus
ngeri membayangkan bagaimana dia harus menghadapi suaminya.



Ketika si suami datang ke rumah sakit dan melihat anaknya yang telah
meninggal, dia segera memeluk istrinya dan mengucapkan tiga kata, "aku
bersamamu, Sayang".



Sang istri menangis, sedih, namun merasa cukup kuat karena dia tahu, ada
suami bersamanya. Reaksi sang suami yang sangat tidak disangka-sangka adalah
sikap yang proaktif. Si anak sudah meninggal, tidak bisa dihidupkan kembali.
Tidak ada gunanya mencari-cari kesalahan pada sang istri. Lagipula
seandainya dia menyempatkan untuk menutup dan menyimpan botol tersebut maka
hal ini tidak akan terjadi.



Tidak ada yang perlu disalahkan. Si istri juga kehilangan anak semata
wayangnya. Apa yang si istri perlu saat ini adalah penghiburan dari sang
suami dan itulah yang diberikan suaminya sekarang.



Jika semua orang dapat melihat hidup dengan cara pandang seperti ini maka
akan terdapat jauh lebih sedikit permasalahan di dunia ini. "Perjalanan
ribuan mil dimulai dengan satu langkah kecil"



Kadang kita membuang waktu hanya untuk mencari kesalahan orang lain. Ini lah
yang membuat kita kehilangan kehangatan dalam hubungan antar manusia.



Buang rasa iri hati, cemburu, dendam, egois dan ketakutan Anda. Anda pun
akan menemukan bahwa sesungguhnya banyak hal yang terjadi tidak sesulit yang
dibayangkan. []

Engkau yang mana?

Engkau yang Mana?



Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya. Dia bertanya
mengapa hidup ini terasa begitu sukar dan menyakitkan. Dia tidak tahu
bagaimana untuk menghadapinya. Dia nyaris menyerah kalah dalam kehidupan.
Setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.



Ayahnya yang bekerja sebagai tukang masak membawa anaknya itu ke dapur. Dia
mengisi tiga buah panci dengan air dan mendidihkannya di atas kompor.
Setelah air di dalam ketiga panci tersebut mendidih, dia memasukkan lobak
merah ke dalam panci pertama, telur dalam panci kedua, dan serbuk kopi dalam
panci terakhir.



Dia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak tertanya-tanya dan
menunggu dengan tidak sabar sambil memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh
ayahnya. Setelah 20 menit, si ayah mematikan api.



Dia menyisihkan lobak dan meletakannya dalam mangkuk, mengangkat telur dan
meletakkannya dalam mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lain.



Lalu dia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, Nak?"



"Lobak, telur dan kopi", jawab si anak.



Ayahnya meminta anaknya memakan lobak itu. Dia melakukannya dan mengakui
bahwa lobak itu nikmat. Ayahnya meminta dia mengambil telur itu dan
memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, dia dapati sebiji telur rebus yang
matang. Terakhir, ayahnya meminta untuk minum kopi. Dia tersenyum ketika
meminum kopi dengan keharuman aroma. Setelah itu, si anak bertanya, "Apa
arti semua ini, ayah?"



Si ayah, sambil tersenyum menerangkan bahawa ketiga bahan itu telah
menghadapi kesulitan yang sama, direbus dalam air dengan api yang panas
tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda. Lobak sebelum direbus
kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, lobak menjadi
lembut dan mudah dimakan. Telur mudah pecah dengan isinya yang berupa
cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Serbuk kopi pula
mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, serbuk
kopi mengubah warna dan rasa air tersebut.



"Kamu termasuk golongan yang mana? Air panas yang mendidih itu umpama
kesukaran dan dugaan yang bakal kamu lalui. Ketika kesukaran dan kesulitan
itu mendatangimu, bagaimana harus kau menghadapinya ?



Apakah kamu seperti lobak, telur atau kopi?" tanya ayahnya.



Bagaimana dengan kita? Apakah kita adalah lobak yang kelihatan keras, tapi
dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kita menyerah menjadi lembut dan
kehilangan kekuatan. Atau, apakah kita adalah telur yang pada awalnya
memiliki hati lembut, dengan jiwa yang dinamis? Namun setelah adanya
kematian, patah hati, perpisahan atau apa saja cobaan dalam kehidupan
akhirnya kita menjadi menjadi keras dan kaku.



Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kita menjadi pahit dan keras dengan
jiwa dan hati yang kaku? Atau adakah kita serbuk kopi? Yang mampu mengubah
air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, menjadi sarana mengubah
dirinya mencapai kualitas yang lebih tinggi lagi. Jika kita seperti serbuk
kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk atau memuncak, kita akan menjadi
semakin baik dan membuat keadaan disekitar kita juga menjadi semakin baik.



Antara lobak, telur dan kopi, engkau yang mana?