Rabu, 26 September 2018

Kamis, 15 Februari 2018

ketika
aku melihat mu
aku tahu kamulah orangnya
tak sepatah katapun darimu
tapi aku tahu
kamulah orangnya

bagaimana aku harus
menjelaskan lagi padamu

aku hanyantahu
satu saat
kau akan berada di sini
memelukku erat
aku akan selalu mjd milikmu

meski sekarang kau entah dimana
yakinlah
aku ada di sini untuk mu

ketika ku merindu
aku akan pejamkan mataku
dan menghadirmu
di sini
dekat dengan ku

Senin, 23 November 2015

puisi rindu 1

gerimis sore ini
mengingatkan lagi aku akan dirimu
yang sudah lama menghilang
dalam kabut kelabu sanubari yang kelu

gerimis sore ini
mengingatkan lagi aku akan dirimu
masihkah kau buatkan teh sore untukku?
ya teh sore untukku, untuk sekedar mengenang masa lalu..

aku merindu mu
namun masih adakah aku di hati mu?

Jumat, 16 Oktober 2015

dalam jarak sejauh ini

Apa yang menyenangkan dalam jarak sejauh ini? Aku tak bisa menatapmu dan jemariku tak bisa menyentuh lekukan wajahmu. Apa yang bisa kita harapkan dari jarak ratusan kilometer yang memisahkan kita? Ketika rasa rindu menggebu, dan kutahu kautak ada di sisiku. Sejauh ini kita masih bertahan, entah mempertahankan apa. Karena yang kurasa sekarang, cintamu tak lagi nyata; selebihnya bayang-bayang. 

Dalam jarak sejauh ini, mungkinkah kita masih saling mendoakan? Seperti saat kita dulu masih berdekatan. Aku tak lagi paham saat-saat dingin mencekam, kamu tak duduk di sampingku, juga tak mendekapmu dengan hangat. Aku tak lagi mengerti, saat air mataku terjatuh, hanya ada tanganku (bukan tanganku) yang menghapus basah di pipiku. Jelaskan padaku, apa yang selama ini membuatku masih ingin bertahan? 

Aku hanya bisa menatap fotomu. Diam-diam merapal namamu dalam doa. Mendengar suaramu dari ujung telepon. Kulakukan semua seakan baik-baik saja, seakan aku tak terluka, seakan tak ada air mata; aku begitu meyakinkanmu, bahwa tak ada yang salah di antara kita. Dan, apakah di sana kaumemang baik-baik saja? Apakah rindu yang kita simpan dalam-dalam akan menemukan titik temu? 

Sayang, aku lelah. 

Pulanglah.


(kali ini hanya sekedar copas karena pas)

Senin, 12 Oktober 2015

rindu satu senja

tahu kah kau
aku butuh kamu saat ini
senja ini tak lengkap
dan akan kah menjadi senja
seperti senja-senja sebelumnya
yang harus kuhabiskan
bersama langit-langit
bersama tembok putih
dan senandung lagu
yang tak lagi bisa menghibur gundah hati ku

tahu kah kau
dunia bukan harus ku jalani sendiri
tapi mengapa engkau justru pergi
untuk apa engkau dulu datang?

pergilah..
bawalah apa saja yang kau mau
tapi tinggal kan hati ku
kembalikan hati ku
mengapa hati ku selalu masih saja kau bawa
kejamlah pada ku
koyak kan hati ku dan biarlah dia kembali
padaku

aku ingin satu senja tanpa memikirkan mu
aku ingin satu senja yang indah tanpa mengingat kenangan bersama mu
aku ingin satu senja saja....
untuk membiarkan cinta baru tumbuh
dan menjadi benalu yang mematikan tumbuhan cinta mu.

kau ramu dengan apa cintamu yang kau berikan padaku
sehingga aku demikian mabuk dan tak tersembuhkan..

aku lelah..
aku ingin satu senja saja tanpa mu
agar aku bisa mencintai pengganti mu
sekali saja untuk selamanya....

entah

entah
bagaimana aku harus bercerita
seakan dunia bersatu melawanku
ketika semua seakan salah tempat
dan tidak ada yang tepat...

entah
mengapa aku merindukan mu disaat seperti ini
biasanya engkau ada
sekedar menyapa dan bertanya
"apakah semua baik-baik saja?"
dan pada akhirnya
aku hanya menjawab
dengan air mata

entah
mengapa aku merindukan mu datang
sehingga aku bisa menghambur ke pelukmu
dan menumpahkan seluruh tangis ku
dan ringanlah semua beban ku...

jujur..
aku kadang merasa sepi
bisakah aku mendapatkan mu kembali
meski tersisa setengah hati mu
ya setengah hati mu
kalau boleh ku minta itu dari mu...
(meski untuk itu pun tak kan mungkin terjadi)


Kamis, 08 Oktober 2015

peluk yang sunyi nan gersang....

(kisah kasih dunia maya angin dan bidadari)

Dia selalu memeluk-ku seperti ini.
Dengan lengan yang begitu lekat dan hangat,
sampai bibir-ku tak mampu lagi ceritakan luka yang kurasakan.
Pelukan itu menjalar
hingga ke sudut-sudut hati
yang sempat dingin oleh pengabaian-nya.
Ia mengecup puncak kepalaku
dengan lembut berkali-kali,
dan kala itu aku hanya terdiam;
tak banyak bicara-
karena pelukan sudah jelaskan segalanya.
Tentu saja tak ada lagi air mata,
karena desah napasnya
yang sejak tadi berembus menyentuh rambut-ku...
benar-benar membuatku terasa aman dan terlindungi;
walau hanya detik saja, aku benar-benar merasa bahagia.

Di malam sedingin ini,
saat dia semakin eratkan peluk-nya,
lagi-lagi dia bercerita tentang kita.
Kita yang selalu saja terlupakan olehnya,
kita yang sebenarnya tak pernah ada,
kita yang sebabkan luka
namun tak ingin mengobati-nya bersama-sama.
Aku tak banyak berkomentar,
ketika tawa renyahnya kembali mereka-reka bayang semu.
Kubayangkan tubuhnya
yang tak akan pernah jauh dari pandangan.
Kudekap hangat dadanya,
tenggelam sangat lama di sana.
Sayangnya, hanya bayangan yang tak akan mencapai kenyataan.

Aku menengadahkan wajah,
menatap matanya dalam-dalam.
Tak kutemukan cahaya di mata itu,
hanya kekosongan,
juga kegelapan.
Apa yang kuharapkan
dari sosok
yang tak pernah berikan aku jawaban?