Senin, 28 Juni 2010


aku sudah katakan dulu
ini akan menjadi siksa yang selalu
aku sudah katakan dulu
ini akan menjadi pedih yang pilu

namun sekarang
tiada yang bisa kita lakukan
kecuali menerima dengan tegar
segala rasa karena keputusan kita

tapi yakinlah diri
kau tak sendiri
ketika bergelung dengan rasa
ketika pedih dan bahagia
saling berpagut dalam relung kalbu
dan setiap geliatnya menorehkan perih
hingga melelehkan air mata

ku ingin dan kuminta ... kekasihku
ijinkan kenangan dan harapan
akan cinta kita yang indah
menguatkan kita
selamanya....


Jumat, 25 Juni 2010

saat matahari terbenam,
tidaklah perlu menangis,
sebab air mata yang menggenang
akan menghalangi kita
melihat bintang-bintang yang datang kemudian


violeta para

Kamis, 24 Juni 2010

balada sepi

kekasih, maafkan aku
karena senja ini kembali berakhir sepi
namun biarlah
sepi ini melingkupi
agar lebih mudah bagimu
untuk menggambarku
di dinding malam yang kelam

kekasih,
biarlah aku sekarang juga menyendiri
di bangku tua yang mengajarkan padaku
apa arti sendiri di malam yang sunyi
ketika satu demi satu lampu akhirnya mati
dan hanya dingin yang menemani

Rabu, 23 Juni 2010

kekasihku... maafkan...


kekasihku
bukan aku tak mau
namun untuk apa
kalau kau mendapatkannya
setelah itu kehilangan jiwa?

kekasihku
bukan aku tak suka
namun untuk apa
ketika setiap cecap anggur kenikmatan itu
membuat kita melayang tinggi
dan terpelanting mati?

kekasihku
kau harus tahu
betapa aku pun ingin kau puja
siapakah yang tak ingin
dipuja puji oleh kekasih yang paling dicintainya?

kekasihku
kau harus tahu
betapa aku pun ingin kau cumbu
siapakah yang tak ingin memadu kasih
menghapus rindu yang menggayut di kalbu?

kekasihku
kau harus mengerti
siapakah yang tak ingin
mendengar desah mesra kata aku cinta padamu
dalam peluk mesra itu?

maafkan
kalau di ujung senja ini berakhir sepi
aku tak bisa menemani
menatap mentari yang pulang kembali

maafkan
kalau ujung hari ini berakhir sunyi
aku tak bisa bersama mu
menatap camar yang pulang
ber dua-dua ke sarang mereka yang tinggi
meninggalkan kau sendiri
dengan seonggok iri dalam hati

maafkan
aku hanya bisa mengirim salam dalam angin senja
bersama segumpal rasa
dalam setiap tetes teh hangat sore ini
yang selalu kuhirup dalam terpejam
agar ku lihat kau
menghirup hangatnya dari sisi cangkir sebelahnya...

walau seakan...


seakan...
kau benar-benar baru saja di sini

namun tak ku temui harum tubuh mu
walau seakan sedapnya menggelitik gairahku

tiada ku dengar gelak tawamu
walau seakan teringang menggetarkan gendang telingaku

tiada ku temui bayangku di indah matamu
walau seakan sedetik yang lalu kau lekat memandangku dengan indah matamu

tiada lagi lembut bibirmu yang hangat dan basah
walau seakan hangat dengus mu masih menghangati wajahku....

tiada lagi gelinjang ku yang membuat merinding pori-pori tubuhku
walau seakan baru saja kurasa lembut sentuhan bibirmu di punggungku...

yang pasti tertinggal
adalah sebongkah rindu..
rindu setengah mati padamu
yang ku tak tahu
harus dengan apa
aku menawarkannya
andaipun aku bisa

Selasa, 22 Juni 2010

ku sapa dirimu


kekasihku, ku sapa dirimu
walau ku tahu hanya keheningan
yang 'kan membawa kembali gemanya padaku

ku sapa dirimu
dalam teriakan si bisu yang tercekat
dalam lidahnya yang kelu
yang kadang berujung gelisah tak menentu

ku yakinkan diriku
untuk berjalan dalam kisah ini
menghitung langkah kaki
dalam labirin perjalanan cinta yang panjang
yang kadang membingungkan
dan serasa tak berujung...

sepi menekan hati
ketika hanya detak jantungku dan dengus nafas lelahku
yang menemani dan teringang di sanubari...
inilah kisah kita wahai kekasihku...
kisah dua hati dalam hampa suara
kisah dua hati dalam kabut cinta

ku harap kau mengerti
diri ini terasa sepi
saat menyadari kau tiada lagi
terengkuh dalam pelukan
dan terbang ke atas awan....
dan aku tertinggal di sini
di dermaga cinta kita
sendiri.....

antara ada-mu dan tiada-mu


tak terkira bahagiaku
saat serasa ku dapati dirimu di sana
di balik jendela kaca
di keremangan pagi
di sela kabut yang mengambang sunyi....

tapi adamu ternyata khayal belaka
bayangan semu yang setiap hari
kuciptakan sendiri
dan kau pun hilang bersama kabut


sementara aku masih mencoba menggambar mu lagi
mengumpulkan keping-keping kenangan kita
yang sunyi namun penuh gelegak cinta
yang sepi namun penuh nuansa paduan kasih antara kita.

dan pagi ini ku buka jendela
dengan kecewa
karena hanya kabut dan sunyi
yang menjumpai
seiring dingin angin pagi
semoga semilirnya
tidak membekukan hangat dalam hati.....

Senin, 21 Juni 2010

hening ku


ku buka setiap hari
dengan satu tanya
adakah hari ini kabar darimu

ku buka setiap hari
dengan satu harap
kau ada dan kita bisa berbincang lama
bincang yang hening
hening yang penuh kehangatan
hening yang berlumur gairah
hening yang berhawa cinta...

dan ku buka hari ini
dalam hening
namun kali ini seperti hari yang telah berlalu
hening ku sepi
hening ku sunyi
hening ku dingin dan kelam

hanya kenangan akan kisah kita
menghangatkan hatiku
dan membawa harapan selalu
esok ku buka hari
dalam hening yang hangat bersama mu

dan aku selalu menunggu
seperti burung di ujung carang yang garing
sendiri di tengah musim yang sedang berganti

Kamis, 17 Juni 2010

dapatkan kau bayangkan


dapatkah kau bayangkan
apakah yang kurasa
ketika menyentuhmu
seakan menyentuh bola kabut tipis
yang oleh sedikit hangat ujung jari
akan sirna
menjadi titik-titik air
yang lenyap selamanya?

dapatkah kau bayangkan
bagaimana galau hatiku
ketika inginku untuk memeluk hangatmu
seakan memeluk kristal rentan retak
yang oleh sedikit hangatku
menjadi butiran kwarsa
yang beterbaran tajam
menusuk hati
melukai sukma
dan hanya menyisakan
jerit tanpa suara dan air mata
sebening hancuran kristalnya

ku bertanya
siapakah yang meletakkan
rasa cinta itu dalam hati kita?
ku ingin bertanya padanya...
harus bagaimanakah aku
agar bisa menyentuh dan memeluk kekasihku?
sekali saja
dan itu akan melegakan jiwa

ingin ku gapai


inginku menggapaimu
ku rengkuh dalam pelukku
biar terhapus segala rindu

inginku menggapaimu
dari kabut gelap
dari buana tanpa suara
dari dunia tanpa raba

inginku menggapaimu
agar bisa kurasakan hembus hangatmu
agar bisa kuraba lembut tubuhmu
agar bisa kugapai mesra jemarimu....

namun ingin ku terbang bersama kabut
dan yang tertinggal hanya dingin
dingin yang berliput sepi
sepi yang bersaput dingin
dan ku coba menjaga hangat cinta
yang telah lama ada
semoga suatu saat menjadi bara
yang membakar jarak antara kau dan aku
sekali saja dan untuk selamanya...

act 2 scene 2


ROMEO

But, soft! what light through yonder window breaks?
It is the east, and Juliet is the sun.
Arise, fair sun, and kill the envious moon,
Who is already sick and pale with grief,
That thou her maid art far more fair than she:
Be not her maid, since she is envious;
Her vestal livery is but sick and green
And none but fools do wear it; cast it off.
It is my lady, O, it is my love!
O, that she knew she were!
She speaks yet she says nothing: what of that?
Her eye discourses; I will answer it.
I am too bold, 'tis not to me she speaks:
Two of the fairest stars in all the heaven,
Having some business, do entreat her eyes
To twinkle in their spheres till they return.
What if her eyes were there, they in her head?
The brightness of her cheek would shame those stars,
As daylight doth a lamp; her eyes in heaven
Would through the airy region stream so bright
That birds would sing and think it were not night.
See, how she leans her cheek upon her hand!
O, that I were a glove upon that hand,
That I might touch that cheek!

JULIET

Ay me!

ROMEO

She speaks:
O, speak again, bright angel! for thou art
As glorious to this night, being o'er my head
As is a winged messenger of heaven
Unto the white-upturned wondering eyes
Of mortals that fall back to gaze on him
When he bestrides the lazy-pacing clouds
And sails upon the bosom of the air.

JULIET

O Romeo, Romeo! wherefore art thou Romeo?
Deny thy father and refuse thy name
Or, if thou wilt not, be but sworn my love,
And I'll no longer be a Capulet.

ROMEO

[Aside] Shall I hear more, or shall I speak at this?

JULIET

'Tis but thy name that is my enemy;
Thou art thyself, though not a Montague.
What's Montague? it is nor hand, nor foot,
Nor arm, nor face, nor any other part
Belonging to a man. O, be some other name!
What's in a name? that which we call a rose
By any other name would smell as sweet;
So Romeo would, were he not Romeo call'd,
Retain that dear perfection which he owes
Without that title. Romeo, doff thy name,
And for that name which is no part of thee
Take all myself.

Rabu, 16 Juni 2010

aku tahu rasa itu
ketika relung kalbu
menyesak
dan membuat lidah kelu

aku tahu rasa itu
ketika rasa ingin bertemu
hanya terbayar oleh bayangan semu

aku tahu rasa itu
ketika hanya pada hujan
ku titipkan semua rinduku padamu

aku tahu rasa itu
ketika tangis tanpa airmata
ketika keluh tanpa suara
ketika damba akan hangatmu
hanya bisa ku simpan
dan sedikit kubagikan
pada gemercik gerimis
sisa hujan malam ini....

dan mengapa masih ada pinta:
ijinkan aku merasai desah nafas mu di wajahku....

menatap titik embun pagi

dalam kabut pagi... aku

menatap titik embun pagi di ujung daun
ada harap jangan segera datang sinar mentari
yang hangatnya akan segera melenyapkannya

menatap titik embun pagi di ujung daun
seolah menatap cinta kita yang sunyi
namun tak pernah kehilangan segarnya

menatap titik embun pagi
di sela kicau burung yang riuh menanti sinar mentari
ada dilema ....
mungkinkan embun tetap ada
dalam kilau mentari pagi yang segera membara?

menatap titik embun pagi ini
aku melihat kau dan aku dalam bayang kilau nya
menatap titik embun pagi ini
aku termenung .... ku lihat kisah cinta...
yang nyata ada namun juga sunyi tanpa kata
yang nyata ada namun tak terasa dalam raba

Selasa, 15 Juni 2010



sebentuk wajah
menyembul di antara cahaya rembulan
yang temaram

antara ada dan tiada
membekas bayangannya di mataku
siapakah itu?

apakah dirimu?
oh wajah yang selalu ku rindu
ku iba kan padamu



Senin, 14 Juni 2010

keping cinta


cinta kita bagai keping emas tua
tercetak oleh sang waktu yang berkelana
tawa dan tangis menjadi dua sisinya
itulah mengapa
dalam setiap kebahagiaan yang kita damba
selalu ada kesedihan di kesudahannya...

cinta kita bagaikan keping dua hati jadi satu
yang menyatu entah oleh apa
namun pasti pada dua sisinya
dilema cinta dan harapan akan berjumpa
itulah mengapa
dalam setiap kehangatan yang kita rasa
selalu ada kehampaan di kesudahanannya..

cinta kita bagaikan pedang bersisi tajam dua
yang membuka harapan di hati
sekaligus perih di lain sisi
itulah mengapa
dalam setiap manja antara kita
selalu ada kekosoangan yang dingin
bagai lubang beku di kutub utara....


dan sekarang kita kembali di ujung sepi
hanya ada diri
dan lautan cinta yang biru membeku
namun masih tersimpan
hangat cinta di dalam hati
yang tak pernah akan mati

harus bagaimanakah menggambarkan mu?
jika sekali saja aku mataku tak pernah menangkap bayangannya?

maka ku biarkan anganku terbang

ku petik indahnya rembulan
dan kutempelkan menjadi paras wajahmu
ku jumput sayu mentari senja
dan kupasang sebagai mata indahmu
ku gapai bunga mayang yang terurai
dan ku pakai sebagai indah rambutmu
ku cari bintang gemitang paling cemerlang
dan menjadikannya cerlang bening matamu
ku selami laut demi mutiara putih bersih
yang akan menjadi putih manis gigimu
yang menyembul di antar bibir tipis mu
dalam bunting bunga padi kubayangkan betis mu
dan dari si kumbang kemit yang lincah
kuminta indah pinggang rampingmu

serasikah jika pada lincahnya kijang
ku tempatkan riang lenting tubuhmu?
ataukah pada macan betina
ku temukan gemulai langkahmu?

akhirnya anganku yang melambung terlalu tinggi,
harus jatuh
terpuruk dalam pilu
demi rindu
melihat indahnya dirimu
yang hanya bisa ku-iba-kan
dari mu... pelita hatiku..
untuk boleh kunikmati sendiri indahmu...

Kau


'kau"

"kau" katamu
ya itulah kau, kekasih... katamu
"yang membuatku bahagia... saat ini"

"terima kasih masih ada rindu untukkku
masih ada cinta yang sama seperti sedia kala
untuk aku... "

"satu hal ku minta padamu... biarkan aku tetap ada dalam hatimu
sekarang dan selamanya... walau saat ini hanya bayangan ku yang menemani hari-hari mu"

Sabtu, 12 Juni 2010

ketika hampa adalah tanda


ku coba temukan
sekecap kata
dalam hening nan hampa
ternyata
hanya detak jantungku sendiri
dan gericik gerimis
yang jatuh di musim yang salah

pada hujan salah masa
kutanya akankah kutemukan
sekecap kata
dalam hampa
ketika kau kembali tiada

mungkinkah hampa ini pertanda
tiadamu slamanya...
mungkinkah hampa ini pertanda
harus kusiapkan hati
untuk melepas segalanya...
namun ijinkah...
masih kusimpan sedikit asa
untuk kita berjumpa
walau mungkin di kehidupan yang berbeda...

Rabu, 09 Juni 2010

pasrah.. jauh.. semakin ... jauh (kah?)


jauh semakin jauh
terayun langkahku dalam anganku
kini hatiku telah terpaku
melebur dan menyatu
di dalam bayangan cintamu

ragu kujabat tanganmu
dan kau bisikan
selamat berpisah
sempat hatiku
telah menyerah
dalam cinta yang basah
dalam dirimu pujaan hati

karna apa yang telah menimpa ku oh Tuhan
bahagia seakan selalu enggan menyapaku
kini sempurna sudah
kepedihan
di hatiku....

sepi semakin sepi
hati yang lelah dalam mimpi
tiada harapan bersemi lagi
semuanya memudar
luluh dalam kedukaan hati.

terpikat


sejuknya...desah angin senja
menghantar kehadiranmu di hatiku
lewat pesona hati yang kau taburkan

dengan keluhuran... nikmat cinta kasih...
cahaya hati.. yang padam kau nyalakan
sejuta duka pun terpisahkan
kau jadi jadi rinduku

jalanan panjang di depan ku
mampu ku tempuh karena hadir-mu
peranmu dalam jiwaku...
menjemput angan di hati 'tuk bersatu
curahkan lah kata hatimu agar terhapus segala raguku
jujurlah pada hatimu
itu pintaku...

rembulan
dan kerlip gemitang
restu ilah kisah ini
dan saksikan
betapa hati telah terpaut
dan kian merindu....

cintaku...


semesra dalam dekapan
bersimpuh dalam lamunan
kuncup bunga mekar sudah
menghibur hati yang resah
menangis gelisah

bayangan pesona semesta
membayang nan merah
indahnya hidup ini
serasa di buai mimpi
secercah surgawi

pernahkah
kau rasakan jua
nikmat alam semesta
buang nan indah merona
semerbak merasuk sukma
tenggelam dalam rasa