Selasa, 20 Desember 2011

akhir?

Aku semakin frustasi dibuatnya, wanita memang selalu pandai memutar-mutar masalah hingga tak jelas lagi inti dari masalah tersebut. Aku menatapnya geram, dengan cepat kuulurkan tanganku, kuraih tubuhnya, kini dia rasakan lenganku menghangatkan tubuhnya, "Salahku, yang terlalu cepat mengambil keputusan. Salahku, yang mengenalmu dengan begitu instan. Menyatakan cinta dengan begitu cepat, padahal kita belum saling mengenal, belum saling tahu. Tapi, kenapa kau bisa begitu menyakitiku? Apakah yang instan selalu membawa kesedihan?"

Dia memang tak membalas pelukku, tapi dia mematung, aku tahu dia turut larut dalam hangatnya suasana kali itu, hanya pada saat itulah kami bisa berbicara dengan begitu dekat, dengan pelukan lekat, "Kalau sudah seperti ini, siapa yang pantas disalahkan? Tuhan? Ah, kau tahu Tuhan memang punya wewenang tertinggi dalam hidupmu dan hidupku, tak pantas kalau aku dan kamu menyalahkan Dia. Cintamu dan cintaku terlalu buta, kita membiarkan diri kita sendiri tertabrak oleh cinta dengan brutalnya. Lalu, cinta berwujud menjadi sesuatu yang dia suka dan kita terjebak! Kalau sudah seperti ini, bagaimana mau terlepas dari jeratannya?"
 
Aku menarik nafas, menenangkan diri, sesakit inikah perpisahan? Aku pasti akan sangat merindukannya, "Berjanjilah padaku bahwa kau akan bahagia bersama pilihanmu, meskipun kebahagiaanmu tak lagi membutuhkan sosokku. Percuma mengharapkan kamu yang dulu kembali, kamu berubah menjadi seseorang yang tidak lagi kukenal. Aku memang bukan pilihan."


Kamis, 15 Desember 2011

Kita (mungkin) Belum Benar-Benar Putus

Aku benar-benar merasa kehilangan. Kini, aku semakin percaya bahwa kita baru benar-benar mencintai seseorang ketika kita kehilangan sosoknya, dan hal itu kini terjadi padaku.

Memang, setelah berpisah denganmu, aku dengan begitu mudahnya mendapat seseorang lagi yang berusaha mengisi hari-hariku, tapi dia tak sebodoh kamu, dia tak setolol kamu, dia tak mampu menggantikan kamu. Dia hanya berhasil mengganti statusku yang single menjadi in relationship, tapi dia tak benar-benar mampu menggantikan kamu yang (tanpa kusadari) telah mengisi hatiku. Aku semakin mengerti bahwa tak ada seorangpun yang mampu menggantikan sosokmu.

Meskipun kini aku telah bersamanya, dan kau juga telah menemukan seseorang yang baru, tapi perasaanku tak berubah sedikitpun. Aku justru sangat mencintaimu ketika kini kau telah bersamanya. Saat melihat kau dengan dia, ada rasa sakit yang menikamku dalam-dalam, ada kenangan yang diam-diam mendesakku kembali ke masa lalu, sambil berkata dalam hati: "Dulu aku pernah menggenggam tanganmu, tapi sekarang dia yang mampu melakukan itu, kekasih barumu."

Hanya itu yang bisa kulakukan, MENYESAL! Membiarkanmu mencintaiku tanpa mempedulikan perasaanmu, membiarkanmu memberi kejutan tanpa pernah memperhatikan usaha kerasmu, aku sadar bahwa ternyata dulu kau benar-benar mencintaiku. Cuma itu yang bisa kulakukan, menangis diam-diam ketika kulihat barang-barang pemberianmu masih kusimpan dengan rapi. Kita memang telah berpisah, tapi perasaanku belum bisa lepas darimu. Kita memang telah putus, tapi kenanganku tentangmu belum benar-benar putus.

Aku takut kehilangan seseorang yang tak lagi kumiliki, KAMU.

Senin, 12 Desember 2011

Apakah cinta selalu membutuhkan PERJUMPAAN NYATA?

"Apakah cinta selalu membutuhkan PERJUMPAAN NYATA? Bisakah cinta hadir tanpa adanya PERJUMPAAN NYATA?"



Pernahkan kaliah jatuh cinta pada seseorang yang bahkan baru kalian kenal? Seseorang yang bahkan belum kalian ketahui wujud aslinya? Seseorang yang hanya bisa kalian nikmati senyumnya melalui benda dua dimensi bernama foto? Seseorang yang hanya kalian ketahui melalui tempat absurd yang bahkan selalu dianggap sebagai tempat berkumpulnya orang yang tak punya kerjaan... Jejaring sosial.


Jejaring sosial saat-saat ini berubah menjadi "dunia" yang bahkan terkesan sangat nyata. Seseorang bisa saling bertukar pendapat, bertukar pikiran, dan bersahabat, alasan tiga hal itu bisa dilakukan adalah karena mereka cocok, walaupun kecocokan itu hanya tercipta melalui dunia maya. Kecocokan dan perhatian kecil itulah yang bisa membuat seseorang jatuh cinta dengan teman dunia mayanya, jatuh cinta pada seseorang yang bahkan belum pernah mereka temui.


Siapa yang sangka? Siapa yang bisa menerka? Ketika cinta diam-diam merasuki perasaan seseorang, dengan cara yang berbeda-beda, dengan cara-cara aneh yang bahkan tak bisa dilogiskan oleh akal sehat. Memang, kadang cinta itu bersifat abnormal, menjauhi garis normal, dan mendekati garis yang tak logis. Tapi, ketidaknormalan itulah yang membuat cinta menjadi indah, kebodohan itulah yang membuat cinta terasa mengesankan.


Hanya karena status beberapa baris di facebook, hanya karena beberapa karakter tweet di twitter, dan hanya karena mahluk cerdas bernama handphone itu, seseorang bisa jatuh cinta? JELAS! Cinta bisa datang dengan cara yang unik, bahkan hanya melalui tulisan sekalipun, bahkan hanya melalui foto sekalipun. Jatuh cinta memang selalu indah bukan? Walaupun cinta dalam konteks ini adalah cinta yang tercipta melalui tekhnologi, cinta yang terbentuk melalui tulisan-tulisan lugu yang menghasilkan rindu.


Cinta tak selalu datang melalui tatapan mata, cinta tak selalu datang bahkan ketika kita mengetahui wujud asli seseorang. Cinta punya cara tersendiri untuk menyatukan seseorang, dengan cara yang logis atau bakan tak logis sekalipun, dengan dunia nyata atau bahkan dunia maya serumit apapun. Dengan adanya tekhnologi, dengan semakin cerdasnya seseorang mengungkapkan perasaannya melalui tulisan, maka cinta bisa mudah datang.


Dan, inilah satu pertanyaan simple bagi mereka yang jatuh cinta karena jejaring sosial: apakah mereka membutuhkan perjumpaan nyata?

langit - langit

Lalu, kami saling memandang. Angin yang menyelinap dari jendela menciptakan bunyi-bunyi resah yang menghentakkan jendela. Suara nyamuk beradu merdu dengan helaan nafasku dan nafasnya yang memburu satu-persatu. Aku menatap langit-langit, namun sayangnya hanya langit-langit, bukan langit. Semua putih, bukan biru. Semua datar, bukan membentuk awan.
            Suara cicak mendecak kagum melihat 2 orang yang saling bersandar di tembok. Aku dan dia masih terdiam, hanya perkataan hati saja yang merancau dan berteriak di dalam.
            "Apakah setiap pertemuan selalu butuh perpisahan? Meskipun pertemuan itu diisi dengan kebahagiaan?" Tanyanya lagi. Ah! Aku tersudut.
            Aku menjawab pertanyaan sulit itu dengan semakin erat menggenggam tangannya. Mataku masih menatap langit-langit, ia juga ikut menatap langit-langit.
            Hanya langit-langit polos yang kami lihat dan di langit-langit tak ada rembulan dan matahari yang menyinari bumi bergantian, di langit-langit hanya ada cicak yang berlari-lari kecil. Bagiku, menatap langit-langit bersamanya jauh lebih baik daripada menatap langit biru tapi tidak bersamanya.
            Dia masih bersandar diam dibahuku. Matanya masih sembab. Nafasnya masih saja sesak. Kala itu, aku hanya bisa diam lalu membuka  lengan tanganku. Sepasang lengan yang saling berpeluk adalah bukti bahwa tak ada yang menginginkan perpisahan. Mungkin, aku memang harus menunda kepergianku.

 

Kau Tak Tahu ...


Kau tak tahu, aku rindu
Meskipun mengalir sajak-sajak kecil 
yang mencari muaranya, kamu
Meskipun mengalir air mata deras 
yang menjadi penyebabnya, kamu


Kau tak tahu, aku rindu
Bahkan ketika jemariku 
tak mampu menyentuhmu
Bahkan saat tatapanku 
tak mampu menyentuh bayangmu


Kau tak tahu, aku rindu
Kau tak tahu seberapa kuat 
sayatan resah yang dihasilkan rindu


Dia keluarkan pisaunya!
Dia sayat sesukanya!
Se-enak jidatnya!
Semau-maunya!
Aku tersiksa
Aku sekarat


Kau tak tahu, aku rindu
Kau mungkin tak mau tahu, bahwa aku rindu

Kamis, 08 Desember 2011

Kepada Kamu dengan Penuh Tanya

 
Siapa kamu?
Ah, kamu terlalu absurd untuk kulogiskan
Kamu terlalu rumit untuk dijelaskan
Kehadiranmu
Kepergianmu
Tak pernah kulupakan kronologisnya

Malam ini
Bahkan saat kau tak menyapaku
Bahkan ketika kau tak lagi menjadi sebab dari senyumku
Ternyata aku masih diam-diam menunggumu

Kita
Hanya sebagian kecil
Kita
Hanya secuil rencana kecil Tuhan
Aku dan kamu
Menjadi bagian sempurna dalam lingkup sederhana bernama cinta

Kepada kamu dengan penuh tanya
Sebenarnya apa yang kita harapkan dari perasaan ini?
Apakah kau hanya mimpi di siang bolong?
Apakah mungkin kau hanya segelintir lembayung yang menemani senja?
Atau kamu hanya rindu yang terhisap kangen tadi malan?

Berikan aku jawaban, Sayang
Aku benci dalam keadaan tak tahu apa-apa sama sekali
Aku benci ketika hanya bisa mencintaimu dalam diam
Katakan padaku apa yang harus kulakukan?

Berikan aku jawaban
Atau berikan aku tanda seru
Tapi, tolong jangan berikan aku tanda tanya!
 
txt.sari

Jumat, 02 Desember 2011

hujan...

Kami selalu bertemu saat hujan, hanya saat hujan. Ketika gerimis menari perlahan, ketika rintik kecil itu berubah menjadi deras, maka kami saling bertemu, dengan tatapan gerah, dengan senyum merekah. Tentu kami kedinginan saat sibuk berpeluk. Kami juga tidak menentukan waktu untuk bertemu yang jelas saat hujan deras, dia sudah ada disitu, dengan lengannya yang terbuka lebar untuk memelukku. Dan, tanpa kurencanakan pun, saat hujan, aku pasti sudah disitu, menunggu dia menghampiriku dengan pelukan hangatnya, dengan desah lirihnya.
                Aku benci akhir-akhir ini hujan selalu datang tak menentu, kadang siang, kadang malam, kadang pagi, kadang senja. Aku meradang, aku dan dia tak punya banyak kesempatan untuk saling memandanga. Lagipula, kenapa aku harus begitu frustasi karena kita tak bisa terlalu sering bertemu lagi? Bukankah aku juga tak pernah tahu namanya? Bukankah aku juga tak tahu bagaimana wajah jelasnya? Bukankah sebenarnya aku tak mengetahui siapa dia? Kenapa aku begitu merindukan pertemuan, walau mungkin dia tidak merindukan sebuah pertemuan? Aku merenung sesaat, kenapa aku begitu terpaku pada fatamorgana?
                Akhirnya, hujanpun menjatuhkan rambut mayangnya ke bumi dengan bongkahan rintik-rintik kecil yang menjamu mata telanjang yang menyaksikannya. Aku tersenyum lebar, aku akan segera menemukan dia, malaikat hujan. Dia akan kembali memelukku, dengan kedua lengannya yang hangat. Aku menunggu hujan semakin deras, kulihat dia ada di ujung jalan, kali ini dia tidak menghampiriku segera, sepertinya dia juga tidak mencariku, dengan langkah gontai, aku menghampirinya, aku kedinginan.
                “Hey! Kenapa tidak langsung menghampiriku?” Tanpa jawaban dan pengungkapan, dia langsung memelukku. Kami saling bisu, malu-malu karena lama tak bertemu. Dia memang tidak pernah berkata sepatah katapun, dia hanya berbicara lewat peluknya, lewat kedua lengannya.
                “Aku merindukanmu! Mengapa kau tidak segera menjawab pertanyaanku? Kemana saja kamu?” Suara parauku beradu dengan irama deras hujan, menambah sinyal kekesalan, dalam peluknya, dia masih membisu.
                “Aku tidak menemukan orang sepertimu dalam dunia nyata.” Ucapku lesu, merintikan hujan baru dari pelupuk mataku, air mata.
                “Aku juga tak menemukan orang sepertimu dalam dunia fatamorganaku.” Tungkasnya lirih dengan gemeretak giginya. Dia kedinginan.
                Cukup dengan pelukan, hanya dengan pelukan, kami saling berbicara lewat pelukan. Sesekali dia mencium keningku, melumat bibirku, lalu kembali memelukku. Kami hanya terdiam, kami hanya membisu, kami memang tak saling tahu, kami bahkan tak pernah tahu mengapa Tuhan merencanakan kami untuk saling bertemu. Yang kutahu, aku selalu menunggu hujan, hanya untuk menemuinya, entah apa yang dia tahu, karena aku pun masih belum bisa membaca pikirannya. Yang kumengerti, kami memang tak selalu bertemu apalagi saling bertatap mata, hanya saat hujan, kami bisa menyatu, aku dan dia menjadi kita dalam satu pelukan yang diciptakan hujan. Saat itu, hanya awan kelabu yang kami lihat. Selalu kelabu pun tak apa-apa, asal dia ada dipelukku, itu saja.
                Bagiku, tak penting bagaimana seseorang saling bertemu dan memandang. Tak penting juga berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk saling berbicara lalu terdiam. Semua aspek dan teori tentang cinta menjadi sangat tidak penting, ketika dia yang ingin kutemui sudah berada di depan mataku. Bahkan, dalam kebisuaan sekalipun, kami bisa saling berbicara dan berkata rindu. Bahkan, hanya dalam pelukan semaya-mayanya sekalipun, kami bisa saling mencintai dan melindungi. Karena kebisuan tak selalu berarti benar-benar bisu, karena satu pelukan tak berarti dia akan melepas lengannya dari bahuku.
                Aku suka berbicara dengan hujan. Aku suka merindukan seseorang yang bahkan tak kuketahui wajahnya. Aku mencintai dia yang sulit untuk Kucintai. Nyatanya, aku suka, ada yang salah?

"Apakah setiap pertemuan selalu butuh perpisahan?"

"Apakah setiap pertemuan selalu butuh perpisahan? Meskipun pertemuan itu diisi dengan kebahagiaan?"


            Mataku sayup menatapmu, pipimu yang basah oleh air mata masih menahan langkahku untuk pergi. Suaramu yang lirih seakan-akan memaksaku untuk tetap terjangkau dalam tatapan matamu. Dengan kesesakan seperti ini, tidak mungkin aku mengucap kata pisah secepat ini.
            "Kenapa kamu pergi lagi?" Ucapnya lugu dari bibir tipisnya.
            "Karena memang tempatku bukan disini." Jawabku pendek. Lalu, beberapa detik setelahnya, kesunyian datang menyeruak percakapan kecil itu.
            "Tapi, belahan hatimu kan ada disini? Aku." Katanya serius sambil menyorot mataku.
            Hanya mata kami yang saling menatap, tatapannya lekat memelukku. Hanya bola matanya dan bola mataku yang masih sibuk menari-nari dalam lintasannya. Tiba-tiba saja dia bersandar dibahuku. Kepalanya menempel lembut dengan kepalanya.
            "Jadi, kapan pulang?" Dia bertanya dengan tatapan harap, berharap aku segera melontarkan jawaban pertanyaan hatinya. Dia menggenggam lembut tanganku.
            "Belum pergi kok udah nanya pulang?" Ujarku melemah, pertanyaannya menyudutkanku.
            "Aku lebih suka menunggu kepulanganmu daripada menunggu kepergianmu."
            Lalu, kami saling memandang. Angin yang menyelinap dari jendela menciptakan bunyi-bunyi resah yang menghentakkan jendela. Suara nyamuk beradu merdu dengan helaan nafasku dan nafasnya yang memburu satu-persatu. Aku menatap langit-langit, namun sayangnya hanya langit-langit, bukan langit. Semua putih, bukan biru. Semua datar, bukan membentuk awan.
            Suara cicak mendecak kagum melihat 2 orang yang saling bersandar di tembok. Aku dan dia masih terdiam, hanya perkataan hati saja yang merancau dan berteriak di dalam.
            "Apakah setiap pertemuan selalu butuh perpisahan? Meskipun pertemuan itu diisi dengan kebahagiaan?" Tanyanya lagi. Ah! Aku kembali tersudut untuk keduakalinya.
            Aku menjawab pertanyaan sulit itu dengan semakin erat menggenggam tangannya. Mataku masih menatap langit-langit, ia juga ikut menatap langit-langit.
            Hanya langit-langit polos yang kami lihat dan di langit-langit tak ada rembulan dan matahari yang menyinari bumi bergantian, di langit-langit hanya ada cicak yang berlari-lari kecil. Bagiku, menatap langit-langit bersamanya jauh lebih baik daripada menatap langit biru tapi tidak bersamanya.
            Dia masih bersandar diam dibahuku. Matanya masih sembab. Nafasnya masih saja sesak. Kala itu, aku hanya bisa diam lalu membuka  lengan tanganku. Sepasang lengan yang saling berpeluk adalah bukti bahwa tak ada yang menginginkan perpisahan. Mungkin, aku memang harus menunda kepergianku.

Kamis, 01 Desember 2011

ingin ku

aku tahu
waktunya sudah dekat
untuk menjemput impian
yang akan menjelang

dan inginku
aku ada di dekatmu
ijinkan aku
merasakan gelisahmu
merasakan bahagiamu
merasakan tawa dan tangismu

aku tahu
waktunya sudah dekat
impian itu sudah di ujung kelokan sana
dan sebentar lagi menyongsongmu

dan inginku
aku ada di sisi mu
menggengam jemari mu
sebelum hilang kesadaranmu
meyakinkanmu bahwa semua akan baik-baik saja
meyakinkanmu bahwa aku selalu ada

aku tahu
waktunya sudah dekat
ku ingin habiskan satu malam bersama mu
sebelum engkau berjuang
demi darah dagingmu
agar bisa kuhibur dirimu
agar bisa kuceritakan anekdot lucu
agar bisa kunyanyikan sebuah lagu cinta sendu
semata agar tiada lagi ragu
semata untuk yakinkan dirimu
kuat dan tabah menyambut
impian mu

Senin, 28 November 2011

senja hitam

senja hitam
di tengah ladang
di ujung pematang kau berdiri
putih di antara ribuan kembang
langit di atas rambutmu
merah tembaga
engkau memandang ku
bergetar bibirmu memanggilmu
basah di pipimu air mata
kerinduan
kedamaian

batu hitam
di atas tanah merah
di sini akan ku tumpahkan rindu
kugenggam lalu ku taburkan kembang
berlutu dan berdoa
sorga lah di tanganmu
Tuhanlah di sisi mu...

kematian hanya lah tidur panjang
maka mimpi indahlah engkau
kekasihku...

pagi engkau berangkat
hati mulai berpadu
malam ku petik gitar dan terdengar
senandung
ombak di lautan
menambah
rindu dan gelisah
adakah angin gunung
adakah angin malam
mendengar keluhanku
mendengar ceritaku
dan membebaskan
diriku
dari belenggu
sepi....

Kamis, 24 November 2011

aku tahu ...

aku tahu
itu bukan tulisanmu
jangan lagi
menulis tentang aku dan kamu
dengan kata-kata orang lain...

aku tahu
itu bukan kamu
aku bisa merasakan
kata yang dari rasa dan hati
dan kata yang hanya dari jemari..

aku tahu
itu bukan kamu
ketika puisi tentang hati
hanya muncul dari jemari yang menari...

meski aku juga tahu...
kau sedang merindukan aku
dan aku pun merindukan kamu ...

meski aku juga tahu
hanya puisi rindu sendu
untuk sekedar membebaskan hatimu yang kelu...

rindu -

Rabu, 23 November 2011

sehangat ini

Beberapa detik kami butuhkan untuk saling menatap. 
Sorotan matanya tergeletak lemah dimataku. 
Dia mengulurkan tangannya ke bahuku. 
Dia menatapku dalam dan lekat, memelukku dengan erat. 
Cintaku saat ini memelukku dengan erat. 
Tak pernah aku merasa sehangat itu.

Selasa, 22 November 2011

Aku ingin memelukmu

Aku ingin memelukmu
Walau rengkuhan jarak itu tak pernah mengizinkan kita bertemu
Aku ingin memelukmu
Walau jemari kita belum saling menggenggam sampai detik ini
Aku ingin memelukmu
Walau kita belum saling tahu dan bertemu
Aku ingin memelukmu
Saat kamu kelelahan menjalani riuhnya aktivitas
Saat kamu rapuh dan menangis
Saat kamu merasa bahwa dunia terlalu keras untuk kau jalani sendiri
Saat kamu mengira tak seorangpun yang peduli pada perasaanmu
Aku ingin memelukmu
Saat pertama kali aku membuka mata dari tidur lelapku
Saat hanya kamu yang kulihat dibangun pagi hariku
Aku ingin memelukmu
Di bawah hangatnya sinar mentari pagi
Di bawah teriknya surya yang meradang garang
Di bawah redupnya matahari kala senja
Di bawah sinar rembulan dengan hiasan bintang dilangitnya
Aku ingin memelukmu
Saat angin dengan nakalnya menggelitikmu dan meniup lembut rambutmu
Aku ingin memelukmu
Saat langit sedang menenun benang-benang hujan
Lalu kita saling berpeluk di bawah deras rindunya
Hanya berpayung rambut basah dengan balutan senyum bahagia
Sungguh, aku mencintaimu
Aku ingin memelukmu, sampai Tuhan memeluk kita :)

Aku ingin memelukmu ..di bawah deras rintik rindu

kala isak sirna

"Satu-satunya hal yang membuatku sedih adalah ketika aku tidak bisa memandangmu ketika kau memandangku" 

Kata mu dulu, "we had a right love but at the wrong time ..." dan kita harus terima itu... dan kita akan berjumpa ketika waktu yang tepat itu datang... tetapi sementara menunggu aku dirundung kegelisahan, kegelisahan yang mungkin tak beralasan namun sering kali mendera,

bahwa ketika pada akhirnya kita bertemu, aku tidak bisa lagi memandangmu ketika kau memandangku
bahwa ketika pada akhirnya kita bertemu, aku telah menjadi dingin ketika kau memeluk hangat diriku
bahwa ketika pada akhirnya kita bertemu, aku telah menjadi layu ketika kau butuhkan daya itu...

lalu untuk apa penantianmu
lalu untuk apa kesabaranmu?
lalu untuk apa pertemuan itu?
dan untuk apa Sang Sutradara kehidupan melakonkan kita dalam drama hidup ini?
untuk kesia-siaan? atau untuk apa?

dan ....
ketika isak itu sirna... di akhir malam-malamku dan
ketika lelah jiwa menghampiri raga di ujung dinihari

akhirnya aku harus terima...
inilah misteri itu...
entah apa dan mau bagaimana... jalannya cerita bukan di tangan ku atau di tangan mu... tapi ada pada Nya...

namun dalam hening ku ini... aku inginkan dirimu... ada dan tak pergi lagi...

namun dalam sepi ku ini... aku inginkan dirimu... ada dan tak pergi lagi...

Senin, 21 November 2011

dalam hening malam ini

dalam hening malam ini
aku kembali puaskan hasrat bersama bayangmu
terbayang hangatmu ketika setiap pori-pori
saling melepas melepas dendam kesumat rindu

Rasaku seakan melenting padamu
dan serasa tiada lagi hawa antara kau dan aku

Dalam terpejam, kurasakan hembus nafasmu di dadaku
dalam kelam pejam, kurasakan kecup lembut itu di kuduk ku...
semoga diriku tiada bosan ketika selalu hanya bayangmu yang kucumbu

dan sebuah tikaman kembali terhujam
hanya sedetik jaraknya saat kesadaran kembali merasuki raga
dan kutemukan hanya diriku dan satu sisi kuraba hampa.
Sunyi walau yakin kurasa hening itu penuh cinta.

Kurasakan itu dulu ketika itu
dan kurasakan lagi kini di detik ini.
Semoga bukan untuk suatu abadi
siksa rasa dalam hampa sunyi...

siksa rasa dalam hampa sunyi..semoga bukan untuk abadi ...

Selasa, 15 November 2011

ada rasa..

Ada rasa saling mencintai namun bertahan untuk tidak saling memiliki. Lebih parah daripada patah hati"

karena dengan mu.. aku ....

                                                                          hai pagi…
aroma mu wangi sekali
menawarkan surga pemuas hati
menguatkan hati yang sedih
menguatkan jiwa yang tak mampu berdiri
menguatkan diri yang tak sanggup menepi..
wahai pemilik pagi,,,
terimakasih atas harapan
terimakasih atas cinta kasihmu
terimakasih atas raga yang terjaga
terimakasih atas harapan bersama nya
atas doa yang tak ada putusnya
atas rasa syukur yang menyamudera
aku cinta dia, Tuhan…
aku ingin membahagiakan dunia
aku ingin mewarnai senja
aku ingin melintasi samudera
aku ingin mewarnai pelangi
aku ingin menari bersama camar yang menyanyi
aku ingin bersamamu
melintasi waktu
melintasi ruang semu
melintasi alam kelabu
agar indah merekah
agar terang menyala
karena dengan bersamamu
aku merasa bahagia
karena dengan bersamamu
aku merasa bermakna
karena dengan bersama kamu
aku merasa lengkap sudah
aku, kamu dan Tuhan
kita akan terus bersama
dalam nada dan doa
dalam cinta dan irama
dalam mimpi dan nyata
Amin…


tx RA

Senin, 14 November 2011

satu yang ku suka

satu yang ku suka darimu
kau selalu membuatku tersenyum
kala duka menyergapku...

satu yang ku suka darimu
kau selalu datang
dengan membawa sejuta cerita
yang seakan tak pernah habisnya

satu yang ku suka darimu
kau selalu ada
ketika aku butuh
kau selalu mau mendengar
ketika aku bercerita
kau selalu mengerti
ketika aku ingin dipahami...

satu yang ku suka darimu
kau selalu ada
walau adamu hanya untuk
menyapa:
halo bagaimana kabarmu hari  ini?
semua baik kan?

dan maafkan
aku tidak selalu bisa membalas
sapa mu

ku harap kau baik-baik saja
walau sekarang
hanya hening
yang menemani mu....

Jumat, 11 November 2011

matahari rindu

rinduku
seperti embun pagi
yang terbakar oleh hangat matahari mu
lenyap sesaat
namun melayang-layang dalam udara
sepanjang waktu
membawa angan ku tinggi
ke masa-masa yang telah berlalu
ketika tiada hari tanpa peluk dan kasihmu
ketika tiada hari tanpa sapa mu

rinduku
seperti kabut pagi
yang berkeras ada dalam sapuan hangat surya
dalam tak terdaya berusaha selalu ada
mengisi hari demi hari
mengisi hati demi hati
mengajak lamunan ku ke saat lalu
ketika jiwa bergejolak oleh rindu rasa
ketika raba seakan nyata
walau semuanya hanya kata
ketika aroma seakan merebak
walau semua hanya dalam rasa...

matahari pagi ini
membakar kabut pagi
seperti kau
telah kembali membakar rindu ku
begitu dan selalu...

di antara kabut

di antara kabut
yang pudar perlahan
ku berharap
ada kau di sana
menjemputku
di awal hari yang terang

di antara kabut
yang pudar perlahan
hanya bayang mu
yang perlahan berpendaran
ditimpa sinar terang pagi
yang menghangatkan hati

suatu saat
ku berharap
di antara kabut
yang pudar perlahan
kau ada di sana...
memandangku penuh cinta
yang telah sekian lama melahirkan rindu
kau bawa kan ku sejuta peluk
yang telah sekian lama kau simpan
dalam hening cinta
yang selalu ada
selamanya

Kamis, 10 November 2011

250

inilah
tulisanku yang ke-250
yang mewakili segala rasa ku
padamu
tapi apakah artinya?
bagiku
bagimu
bagi kita?
apakah itu tanda sebuah kesia-siaan?
ataukah kau bisa tentukan maknanya?

ketika layang-layang ku terbang
jauh hingga ke balik awan
aku hanya butuh satu atau dua kedutan
untuk memastikan
masih ada dia di sana
terlalu lama rasanya
tak kurasakan itu
masihkah kau ada di sana?

Rabu, 09 November 2011

If I Should Love Again

I will still be loving you - If I should love again
oh my love
you were the only one
now you were gone and I am alone
all my friend
they tell me what is done is done
I preten
but deep inside I know
if I should love again
if I find some one new
it would be make believe
for in my heart it would be you
and thogh I hold her close
and want her now and then
I will still be loving you
If I should love again

All day long I keep remembering
All the night, I think of you
All my life,
you will be the song I sing
I will get by,
but this I swear is true..

if I should love again
if I find some one new
it would be make believe
for in my heart it would be you
and thogh I hold her close
and want her now and then
I will still be loving you
If I should love again

Selasa, 08 November 2011

aku ingat ... ada kau...

aku ingat
ketika dingin menyergap
dan ada kau
yang memberikan ku
sejumput rasa hangat
ketika jiwa serasa mati
dan ada kau
yang memberikan ku
sejumput harapan pasti

aku ingat
ketika hati serasa membatu
oleh lara yang menusuk kalbu
dan ada kau
yang menghembusi rasaku
agar sakit itu perlahan hilang
berganti dengan asa

aku ingat
ketika hari serasa tak pasti
ketika diri hilang percaya diri
dan ada kau
yang memberi arti
dan bahwa diri ini masih layak dicintai..

kiranya cinta mu
yang hanya tersimpan hening dalam kalbu
memampukanku
untuk menerima lagi sebuah cinta baru
meski
aku tak bisa berpaling lebih lama darimu
hatiku telat tertambat selamanya
padamu...

Sabtu, 05 November 2011

masih ku ingat

masih ku ingat
katamu
"doakan aku
ketika kau merindukanku"

masih ku ingat
katamu
"jangan pernah lupa,
aku akan selalu mencintaimu"

masih ku ingat
katamu
"dalam gelap malam
dapat ku gambarkan wajahmu"

masih ku ingat
katamu
"dalam setiap pejamku
selalu ada kau di situ"

masih ku ingat
katamu
"aku selalu buatkan teh sore untukmu
sekedar pelampiasan rasa bertemu,
secangkir teh dalam wadah lucu,
selalu tersaji untukmu
walau hanya aku dan kamu yang tahu"
masih ku ingat... peluk hangatmu... dalam remang cahaya rembulan

Jumat, 04 November 2011

hujan semalam

hujan semalam
mengingatkan ku padamu
mengapa tiba-tiba
aku merindukan mu
mungkin ini pertanda
sudah terlalu lama
tak pernah ku dapati dirimu

hujan semalam
mengingatkan ku padamu
ketika bayanganmu
menghilang di tingkungan jalan itu

hujan semalam
mengembunkan rindu di pagi ini
yang tak seperti kabut pagi
yang sekarang ada lalu hilang oleh hangat mentari

hujan semalam
menegaskan rasa itu
aku sangat merindukanmu
hujan semalam, membuatku sangat merindukanmu

Kamis, 03 November 2011

seindah apakah kamu sekarang?
aku hanya bisa membayangkannya
aku ingin mengelus perut mu
yang makin membusung
dan calon orok itu
ingin ku kecup lembut

izinkan
aku mendengarkan
denyut kehidupannya
mungkin juga merasakan
sejumput cubit dan jejakannya
teraba lembut di kulit perutmu

se ayu apakah kamu sekarang?
aku ingin melihatmu
dalam jilbab biru yang baru
dengan senyum indah di bibirmu
menyambutku dengan peluk hangatmu

izinkan aku mendengar lagi
kau katakan kata-kata itu
"aku selalu mencintaimu..."

antara hadir dan pergimu

aku tak tahu
apakah hadirku
atau pergiku
yang membuat mu lega

aku tak tahu
apakah setiap pertemuan
akan membawa kelegaan
atau hanya isak di kala senja

namun,
aku merindukan kehadiran itu
meski tetap dalam cinta yang hening
ketika arti sapa
melebihi raba
ketika nuansa rasa dalam kalbu
melebihi sentuhan dalam gejolak menggebu

walau ingin
aku tak butuh jawabmu
aku hanya ingin kau tahu
sebuah hati kembali merindumu
ketika senja mengantar mentari
pulang di ujung hari
semuanya hening
sehening cinta
yang selalu ada
diriku dan dirimu

selamanya....

Selasa, 01 November 2011

kerling-mu

kerling-mu mengingatkan ku
ketika di suatu waktu
cinta hening singgah di hatiku
dan sejak itu tiada waktu tanpa rasa itu

dari sudut mata yang sama
ber-butir bening sendu telah jatuh
ketika cinta hening tak jua berlabuh
ketika sauh urung ditambatkan
dan sebuah hati tetap terombang-ambing
dalam gelora hati

dari sudut mata yang sama
terpancar gamang itu
akankah layar asmara terkembang lagi
menyusuri lautan rasa yang lebih dalam
yang sama misteriusnya dengan malam yg kelam?


kerling mu
menggejolakkan hati yang memandangmu
ketika jiwa terjebak ingin memberontak
lepaskan jiwamu
terbanglah tinggi menuju mentari
yang secerah harapan cinta yang kau nanti

ijinkan aku melihat
dari sudut kerling mata yang sama
berbulir cahaya bening bahagia
ketika hati bertemu dengan cinta
di pantai sunyi bernuansa jingga
kau labuhmu bidukmu untuk selamanya...

Kamis, 13 Oktober 2011

kalau saja kau ada
aku ingin bercerita
tentang si upik yang makin cantik
dengan gerai rambutnya yang apik

dia makin ayu
dalam balutan baju warna biru
dia makin manis
dengan sepasang pita di rambutnya

dia makin ceriwis
yang mengingatkanku akan mu
ketika bercerita ini itu
tentang hari-hari yang kadang sendu

kalau saja kau ada
aku akan bercerita tentang si buyung
yang kini ku cukur kuncung

dia makin lincah bak kijang
berlari melenting kesana kemari
dan bakal menjadi teman sepadan
buyungmu kalau mereka bersua kelak..

kalau saja kau ada
kalau saja kau ada
kalau saja kau ada....

purnama sunyi

rembulan semalam
purnama terkecil yang pernah ada
timbul tenggelam dalam resah
di antara gelombang mendung akhir kemarau
bersamanya bayu menggemuruh
yang menggigilkan nurani

seolah rembulan mengerti gelisahku
sepotong rasa yang selalu tersisa
sebelum lelap menggeluti ku
sepotong rasa yang selalu ada
ketika namamu tergumam
dalam resah mimpiku

Senin, 03 Oktober 2011

apa yang terjadi
jika manusia tidak dikarunia
dengan kemampuan untuk lupa
tentu bisa kau bayangkan
bagaimana dia akan melalui hari-hari nya


kadang kala
melupakan adalah anugerah
melupakan adalah keinginan
melupakan adalah harapan

tetapi
adalah berbeda ketika
menjadi yang dilupakan
terlepas dari ingatan
tak lagi masuk dalam hitungan

entah mengapa
ada satu sisi nurani yang gempil
dan sakitnya menusuk dalam
maka iklaskan diri
menjadi pribadi yang akrab dengan sepi
dalam cinta yang hening sunyi...

Senin, 19 September 2011

kalau ditanya
apa yang kini hilang
apa jawabmu?

masihkah ada arti
ketika kehilangan menjadi biasa
dan asa menjadi serasa hampa?

kalau ditanya
apa yang kini tiada lagi ada
apa jawabmu?

masihkah ada arti
ketika adaku dan tiadaku
sudah tak lagi berbeda?

kalau ditanya
apa yang kini telah sirna
apa jawabmu?

kali ini tentu kau paling tahu jawabnya..
mentari tenggelam dalam sunyi...  dalam sepi gering menatap sepi... apa yang sebenarnya ku nanti?

Kamis, 15 September 2011

janji di atas ingkar


Sekat hati tak menahan jua
Lelah aku pada setiaku
Mengapa kau datang memberiku cinta
Oh inikah indah mendua
Haruskah kuhempas

Jangan kau tanyakan cinta untukmu
Di sini yang ada dirimu
Adakah benarnya janji di atas ingkar
Di sana yang ada ragu

Oh inikah indah mendua
Pergi saja pergi
Bawa jauh cintamu
Kutahu ini tak adil untukmu
Sesalkan adanya

Bukankah kita mengerti
Dan kita sadari janji 'kan hindari cinta 
 

salahkah aku, jatuh cinta lagi?


sejak ku jumpa dia
ada yang mengganggu
ku coba tuk setia
hati tak menentu
kusadari dirimu telah punya kekasih
namun tak ku ingkari
ku rindu padanya

mungkin memang
berharap ku yang salah
kusadari kuakui
kujatuh cinta lagi

kusadari dirimu
telah punya kekasih
namun tak kuingkari
kurindu padanya

mungkin memang
benar aku yang salah
kusadari kuakui
kujatuh cinta lagi

adakah artinya
kejujuran nurani
bila semua hanya
dari lukai hati nan suci

Rabu, 14 September 2011

tangis di hatiku


Kurasakan ku harapkan
Kasih sayang di hatimu
Sejak kubertemu
Denganmu dahulu

Kusayangkan kusesalkan
Pertemuan telah berlalu
Tinggal rasa rindu
Kapan ku bertemu

Kutitipkan tangis di hatiku
Terlalu banyak beban hidupku kekasihku

Kulepaskan senyum dan tawaku
Untuk menguatkan harapkanku kepadamu 
Kurasakan ku harapkan
Kasih sayang di hatimu
Sejak bertemu
Denganmu dahulu

Senin, 12 September 2011

Aku Bersamamu, Sayang...

Aku Bersamamu, Sayang...



Seorang anak lahir setelah 11 tahun pernikahan. Kelahirannya, tentu saja,
menambah kebahagiaan pasangan suami-istri yang sangat saling mencintai.



Saat anak tersebut berumur dua tahun, suatu pagi si ayah melihat sebotol
obat yang terbuka. Namun karena terburu-buru ke kantor karena ada hal yang
amat penting, ia tak sempat menutupnya. Sembari mengecup kening istrinya
dengan tergesa-gesa, dia meminta istrinya untuk menutup botol obat itu dan
menyimpannya di lemari. Istrinya, karena kesibukannya di dapur sama sekali
melupakan hal tersebut.



Anak itu melihat botol itu dan dengan riang memainkannya. Karena tertarik
dengan warna obat tersebut, lalu si anak memakannya semua. Padahal, itu
adalah obat keras. Melihat sang anak terkapar, sang istri segera membawa
putranya ke rumah sakit. Tapi si anak tidak tertolong. Dia sedih, sekaligus
ngeri membayangkan bagaimana dia harus menghadapi suaminya.



Ketika si suami datang ke rumah sakit dan melihat anaknya yang telah
meninggal, dia segera memeluk istrinya dan mengucapkan tiga kata, "aku
bersamamu, Sayang".



Sang istri menangis, sedih, namun merasa cukup kuat karena dia tahu, ada
suami bersamanya. Reaksi sang suami yang sangat tidak disangka-sangka adalah
sikap yang proaktif. Si anak sudah meninggal, tidak bisa dihidupkan kembali.
Tidak ada gunanya mencari-cari kesalahan pada sang istri. Lagipula
seandainya dia menyempatkan untuk menutup dan menyimpan botol tersebut maka
hal ini tidak akan terjadi.



Tidak ada yang perlu disalahkan. Si istri juga kehilangan anak semata
wayangnya. Apa yang si istri perlu saat ini adalah penghiburan dari sang
suami dan itulah yang diberikan suaminya sekarang.



Jika semua orang dapat melihat hidup dengan cara pandang seperti ini maka
akan terdapat jauh lebih sedikit permasalahan di dunia ini. "Perjalanan
ribuan mil dimulai dengan satu langkah kecil"



Kadang kita membuang waktu hanya untuk mencari kesalahan orang lain. Ini lah
yang membuat kita kehilangan kehangatan dalam hubungan antar manusia.



Buang rasa iri hati, cemburu, dendam, egois dan ketakutan Anda. Anda pun
akan menemukan bahwa sesungguhnya banyak hal yang terjadi tidak sesulit yang
dibayangkan. []

Engkau yang mana?

Engkau yang Mana?



Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya. Dia bertanya
mengapa hidup ini terasa begitu sukar dan menyakitkan. Dia tidak tahu
bagaimana untuk menghadapinya. Dia nyaris menyerah kalah dalam kehidupan.
Setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.



Ayahnya yang bekerja sebagai tukang masak membawa anaknya itu ke dapur. Dia
mengisi tiga buah panci dengan air dan mendidihkannya di atas kompor.
Setelah air di dalam ketiga panci tersebut mendidih, dia memasukkan lobak
merah ke dalam panci pertama, telur dalam panci kedua, dan serbuk kopi dalam
panci terakhir.



Dia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak tertanya-tanya dan
menunggu dengan tidak sabar sambil memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh
ayahnya. Setelah 20 menit, si ayah mematikan api.



Dia menyisihkan lobak dan meletakannya dalam mangkuk, mengangkat telur dan
meletakkannya dalam mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lain.



Lalu dia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, Nak?"



"Lobak, telur dan kopi", jawab si anak.



Ayahnya meminta anaknya memakan lobak itu. Dia melakukannya dan mengakui
bahwa lobak itu nikmat. Ayahnya meminta dia mengambil telur itu dan
memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, dia dapati sebiji telur rebus yang
matang. Terakhir, ayahnya meminta untuk minum kopi. Dia tersenyum ketika
meminum kopi dengan keharuman aroma. Setelah itu, si anak bertanya, "Apa
arti semua ini, ayah?"



Si ayah, sambil tersenyum menerangkan bahawa ketiga bahan itu telah
menghadapi kesulitan yang sama, direbus dalam air dengan api yang panas
tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda. Lobak sebelum direbus
kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, lobak menjadi
lembut dan mudah dimakan. Telur mudah pecah dengan isinya yang berupa
cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Serbuk kopi pula
mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, serbuk
kopi mengubah warna dan rasa air tersebut.



"Kamu termasuk golongan yang mana? Air panas yang mendidih itu umpama
kesukaran dan dugaan yang bakal kamu lalui. Ketika kesukaran dan kesulitan
itu mendatangimu, bagaimana harus kau menghadapinya ?



Apakah kamu seperti lobak, telur atau kopi?" tanya ayahnya.



Bagaimana dengan kita? Apakah kita adalah lobak yang kelihatan keras, tapi
dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kita menyerah menjadi lembut dan
kehilangan kekuatan. Atau, apakah kita adalah telur yang pada awalnya
memiliki hati lembut, dengan jiwa yang dinamis? Namun setelah adanya
kematian, patah hati, perpisahan atau apa saja cobaan dalam kehidupan
akhirnya kita menjadi menjadi keras dan kaku.



Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kita menjadi pahit dan keras dengan
jiwa dan hati yang kaku? Atau adakah kita serbuk kopi? Yang mampu mengubah
air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, menjadi sarana mengubah
dirinya mencapai kualitas yang lebih tinggi lagi. Jika kita seperti serbuk
kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk atau memuncak, kita akan menjadi
semakin baik dan membuat keadaan disekitar kita juga menjadi semakin baik.



Antara lobak, telur dan kopi, engkau yang mana?

Selasa, 23 Agustus 2011

Sandal Jepit Isteriku

Sandal Jepit Isteriku

Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang
memenuhi kepala ini. Duh, betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak
seperti ini, makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop
rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin tak tak ketulungan.

"Ummi... Ummi, kapan kamu dapat memasak dengan benar? Selalu saja, kalau tak
keasinan, kemanisan, kalau tak keaseman, ya kepedesan!" Ya, aku tak bisa
menahan emosi untuk tak menggerutu.

"Sabar Bi, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah.
Katanya mau kayak Rasul? ucap isteriku kalem.

"Iya. Tapi Abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi
tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini!" Jawabku masih dengan nada
tinggi.

Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala
dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya merebak.

***

Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh
dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan baiti jannati di rumahku. Namun
apa yang terjadi? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan.
Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja,
rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal pecah. Pakaian bersih yang belum
disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta-pora di
dapur, dan cucian, wouw! berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya
yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan deterjen tapi tak juga
dicuci. Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil
mengurut dada.

"Ummi... Ummi, bagaimana Abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus
begini?" ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Ummi... isteri sholihah
itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam
mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika,
nyuci, jahit baju, beresin rumah?"

Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang
kelihatan begitu pilu. "Ah... wanita gampang sekali untuk menangis,"
batinku. "Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri
shalihah? Isteri shalihah itu tidak cengeng," bujukku hati-hati setelah
melihat air matanya menganak sungai.

"Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini
berantakan karena memang Ummi tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk
kerja, jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak
bertenaga sama sekali," ucap isteriku diselingi isak tangis. "Abi nggak
ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda..." Ucap isteriku
lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.

Hamil muda?!?!

***

Bi..., siang nanti antar Ummi ngaji ya...?" pinta isteriku.

"Aduh, Mi... Abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?"
ucapku.

"Ya sudah, kalau Abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak
pingsan di jalan," jawab isteriku.

"Lho, kok bilang gitu...?" selaku.

"Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing
kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam dengan
suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa," ucap
isteriku lagi.

"Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja," jawabku ringan.

Pertemuan hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini
kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja
menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di
depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum
selesai. Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu.
Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal."Wanita, memang
suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu," aku membathin.
Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit
sepasang sepatu indah.

Dug! Hati ini menjadi luruh.

"Oh....bukankah ini sandal jepit isteriku?" tanya hatiku. Lalu segera
kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku
jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar
bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana ia pergi
harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus.

"Maafkan aku Maryam," pinta hatiku.

"Krek...," suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke
tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah
mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab
umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas
ukhti-ukhti yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung
sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar.
Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berabaya gelap dan berjilbab hitam
melintas. "Ini dia mujahidahku!" pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia
begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia
hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. Diam-diam
hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang
memperhatikan isteri.

Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong
baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan
isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai
Maryamku. Aku benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama ini
aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi.
Padahal Rasul telah berkata: "Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling
baik terhadap keluarganya."

Sedang aku? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar
menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku terlalu sering ngomel dan
menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Aku
benar-benar merasa menjadi suami terzalim!

"Maryam...!" panggilku, ketika tubuh berabaya gelap itu melintas. Tubuh itu
lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan
atas kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya
mengembangkan senyum. Senyum bahagia.

"Abi...!" bisiknya pelan dan girang. Sungguh, aku baru melihat isteriku
segirang ini.

"Ah, kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?" sesal hatiku.

***

Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu,
senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. "Alhamdulillah,
jazakallahu...,"ucapnya dengan suara tulus.

Ah, Maryam, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal
menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri
zuhud dan 'iffah sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa
nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku?

Sumber: SMCN
sarikata.com

Sabtu, 13 Agustus 2011

mengenangmu

Ku pejamkan mata, ku rasakan semua

Yang pernah ada, yang pernah singgah

Ku teteskan lara, ku kenangkan cinta perih terasa menggores jiwa

Sendiri ku kini dalam sunyi

Tanpa dirimu ada disisiku

Menetes air mata di pipi

Coba menggapai bayang dirimu

Ku hanya bisa mengenangmu

Kamis, 11 Agustus 2011

kecewa

Pernahkah kau pikirkan tentang perasaanku saat ini
Tidakkah kau lihat betapa aku kecewa olehmu
Tak cukupkah kau terus sakiti hatiku
Ku semakin tak mengerti apa maumu

Demi cinta yang ku punya tulus suci pada dirimu
Akan kucoba pertahankan meski kau telah merobek hatiku
Tak cukupkah ku bersabar selama ini
Haruskah aku mengakhiri semua ini


Mengapa dirimu terus saja membohongiku
Apa salahku kasih hingga kau tega lakukan semua itu
Aku pun tak sanggup bila harus terus begini
Tinggalkanlah aku jika memang kau sudah tak cinta lagi




Mengapa dirimu terus saja membohongiku
Apa salahku kasih hingga kau tega lakukan semua itu
Aku pun tak sanggup bila harus terus begini
Tinggalkanlah aku jika memang kau sudah...

Mengapa dirimu...
Terus saja membohongiku
Apa salahku kasih hingga kau tega lakukan semua itu
Aku pun tak sanggup bila harus terus begini
Tinggalkanlah aku jika memang kau sudah tak cinta lagi

Kamis, 04 Agustus 2011

Kado Kecil Buat Istri ku

Istriku, dengar, dengarlah
dekaplah aku, dekaplah
Aku sangat mencintaimu 
Mari kita buang duka
Istriku, coba bayangkan
anak kita yang bakal lahir
Kita pasti menyayanginya
Mari kita bagi suka
Hendaknya pertengkaran kecil
segera dapat diatasi
Bahkan jadi penyegar cinta kita
Hendaknya perkawinan ini
bukan sekedar cinta kasih
Tapi juga sebuah tanggung jawab
Mari tuntas kita reguk
satu gelas bersama
Bahagia oh! bahagia
Istriku mari renungkan
jalanan terjal berliku
Kita bakal melewatinya
Mari kita gandeng tangan
Istriku duduk istirahat
atur nafasmu dan tenang
Kita akan segera berangkat
belayar menembus pekat
Hendaknya kita 'kan berlabuh
di pantai yang penuh kembang
Harum wangi semerbak
adalah sorga hm...
Kita akan buang sauh
berenang ke pinggiran
Peluklah aku dan peluklah
Leburkan jiwa raga kita
kemudian berikrar
Bahagia oh! bahagia

 

Kapankah kita berlabuh?

Kapankah kita 'kan merapat
di pantai yang kita impikan
untuk menangis sepuas hati,
untuk melepaskan derita ini?

Kapankah kita 'kan rasakan
harumnya kembang setaman
Sekian lama kita hanya berlayar
hanya kenal lautan dan lautan

Akan ke manakah kita ini
terlempar jauh, teramat jauh?
Sampai di manakah kita kini?
Tak nampak lagi kaki langit

Bahtera ini kecil,
gampang terbawa angin
Sekelompok batu karang siap meremukkan
Kapankah kita 'kan berlabuh?

Kapankah kita 'kan bertemu
laut yang bening dan biru,
kembang warna warni,
desis ikan bernyanyi
tembang manis, teramat manis

Kapankah kita 'kan berlabuh
Rinduku menggumpal di pantai
Jangan hanya diam
Mari kita berdoa
Berhembuslah angin ke sana

Akan ke manakah kita ini
terlempar jauh, teramat jauh?
Sampai di manakah kita kini?
Tak nampak lagi kaki langit

Bahtera ini kecil,
gampang terbawa angin
Sekelompok batu karang siap meremukkan
Kapankah kita 'kan berlabuh?
 

Senin, 01 Agustus 2011

seumpama kau ada
hati dan jiwaku terhibur
masa lamun berakhir
biarlah kutemukan
kepingan hatiku yang hilang
semua bisa merasakannya
bahwa dia benci aku....

tiada

tiada lagi kabut pagi ini
namun dinginnya menembus jiwa
dingin itu hanya rasa
dingin itu ada
ketika hangat itu tiada
mentari hadir bersama hangatnya
itulah arti hadir nya
memberi kehangatan
yang menghidupkan jiwa

begitulah
walau mungkin kau tak sadar
bahwa kadang kehadiran melebihi cinta
arti hadirmu membawa rasa
entah itu cinta entah itu rindu
itulah rasa
namun arti hadir
melebihi rasa
dan kau tak hadir lagi...
wahai mentari hati...

Kamis, 28 Juli 2011

sendiri

Sendiri berjalan
di tengah malam nan sepi
Kian jauh melangkah
semakin gelisah

Sendiri termenung
di larut malam nan hening
Hatiku s'makin gundah
oh mata membasah
 
Bayu dingin lalu
dan bintang mengedip sayu
Rembulan menyuram
tiada terbayang harapan

Sendiri melangkah
di jalan remang membiru
Kunanti engkau sinar
bersama sang fajar 
 
 
(for lonely soul in black and white ...but feel blue... my emphaty...for the blue...)

salahkah?

Salahkah aku bila kini
Ada asmara lain di hati
Salahkah diriku bila kini
Ada yang lain mengisi hatiku

Setelah lama, kita mengisi hari
Tiada kata duka hanya ada rasa ceria
Tetapi kini ada rasa mengganggu
Mengubah yang t'lah ada di antara kita berdua

Salahkah aku bila kini
Ada asmara lain di hati
Salahkah diriku bila kini
Ada yang lain mengisi hatiku

Kucoba untuk menghilangkan rasa itu
Tetapi kian lama rasa itu makin meraja

Salahkah aku bila kini
Ada asmara lain di hati
Salahkah diriku bila kini
Ada yang lain mengisi relung hatiku
Tolonglah daku
Untuk menghilangkan
Agar kita dapat terus bersama