Senin, 25 Mei 2009

jadi...


"hmmmm"

"jadi kamu masih berharap dia mengingatmu?"

aku diam
dia diam
hanya berisik angin menimpa rumput ilalang di sore itu yang mengisi kekosongan.
Langit mulai berwarna lembayung ketika aku tanpa bicara berdiri menatap ujung cakrawala.
Mentari turun ke peraduannya pelan namun pasti.

"hei... mari kita turun, sudah mau gelap ni.....?" aku menoleh padanya dia tersenyum padaku penuh pengertian.
"sudahlah... aku mengerti... bila dia masih ingat padamu... itu rejekimu.... namun bila tidak pun itu juga rejeki mu.... karena kamu masih mengingatnya.... minimal salah satu dari kalian masih saling mengingat itu sudah baik.... jangan menuntut terlalu banyak.... kisah ini sudah lebih panjang dari yang seharusnya".

aku menghela nafas panjang... dan turun mengikuti jalan setapak ke arah desa beriringan dengannya. Kami berjalan dalam diam... dengus nafas kami berkejaran...

hari sudah gelap saat kami sampai di desa.... dan masih ada yang tertinggal di atas bukit sana....
ya... rinduku... hanya rinduku yang masih tertinggal di sana... namun aku tak akan mengambilnya... karena entah esok atau malam ini... dia akan tumbuh lagi... seperti bunga mungil ungu di atas bukit sana...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar