Kamis, 08 April 2010


" jadi sebenarnya kau berniat akan pergi?"

.... aku menatapnya sementara dia tak kuasa menatap aku.

"kalau memang kau berniat begitu... mengapa kau selalu mengajak aku untuk kembali bertemu?.....

dia mendadak menatapku... sebelum dia sempat berkata-kata, aku meneruskan ucapanku,

" oh maaf, bukan, bukan... bukan begitu... aku sendiri yang datang padamu.. bukankah begitu? maafkan kalau aku baru tahu sekarang bahwa ini semua ternyata memberatkanmu, aku mengira kau menghendaki ini namun agaknya aku salah kira"

aku menunduk sejenak dan kembali kutatap wajahnya.. aku melihat butiran bening meluncur dari sudut matanya...

bibirnya bergetar dan ucapan yang lebih mendekati gumaman keluar darinya

"bukan begitu, mas..... bukan.... aku .... " suaranya tercekat oleh tangis yang tiba-tiba datang menderanya....

"maafkan aku mas, aku selalu mempersulit kamu... "...

tangisnya pun pecah ... memenuhi kesunyian ....

kataku...

"baiklah... aku akan menunggu saja sekarang... menunggu keputusanmu, karena sudah berkali-kali aku yang selalu ambil insiatif, dan kali ini giliranmu, mungkin dengan begitu akan menjadi lebih nyaman untukmu walau memang sulit prosesnya."

"Sekarang ijinkan aku pergi dan kabari secepatnya saat kau sudah tahu harus bagaimana... hanya saja jangan pergi begitu saja karena itu akan menyakitkan bagiku... sangat menyakitkan... ku harap kau mengerti itu."

tanpa menunggu aku segera beranjak dan berlalu dari hadapannya, ...yang terdengar hanya isak nya

aku menuruni bukit itu dalam sunyi hanya desau angin dan gemerisik alang-alang terus mengisi senja di bukit ini seperti juga kemarin dan mungkin juga esok hari.

semoga kesejukan senja ini mengobati segala lara hati.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar