Selasa, 21 Juni 2011

sia-sia


senja menyelinap.. walau tak bermaksud bersembunyi dari siapapun...
kurasakan senyap sekejap... dan tak lama bunyi serangga berderik mengisi keheningan.
Aku masih terpekur, memandang rembulan yang mulai terbit ... pucat... timbul tenggelam di antara mega ..
selembar kertas dan sebatas pena di tangan... sudah kutulis surat panjang untuknya...
aku membaca nya lagi... mengingatkan kembali kenangan kisah awal cinta
tiba-tiba kakakku duduk di sampingku

"sudah berapa banyak surat yang kau kirim untuknya?...untuk apa? " dia berkata sinis padaku
aku diam
"sia-sia saja kau habiskan waktu untuk menulis surat sepanjang itu... dia tak akan pernah membacanya.."
dia meneruskan masih dengan sinisnya....
"apa kamu enggak berpikir jangan-jangan kamu justru mengganggu ketenangannya dengan surat-surat cengengmu itu... apakah kamu ingin dia tidak lepas dari kisah kalian selama ini?

Aku diam... memikirkan kata-katanya... dan sebagian hatiku menyetujui apa yang dikatakan kakak...
tanpa sadar aku meremas surat itu...
ada desir luka.. perih menyayat.. namun aku tak bisa menemukan kata-kata untuk membantah kata-kata kakak.

gelap segera menyergap... sinar rembulan yang redup menyiram suasana yang kembali hening
berisik ilalang kering yang diterpa angin malam terdengar riuh...
aku menitipkan salam rinduku pada kekasihku pada angin malam ini... semoga gemitang dan rembulan menyanyikan lagu sunyi yang mendamaikan hati.. hatiku dan hatinya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar