Kamis, 08 Oktober 2015

membaca kamu

"Aku memeluknya rapat sekali. Tak sejengkal pun tubuh kami menjauh. Embusan napasnya terdengar hangat di telingaku, menelusup masuk ke dalam dadaku. Ia menerima pelukanku dengan ikhlas, tak bergerak banyak, hanya diam. Pejaman matanya sesekali terbuka, memandangku dengan tatapan lembut dan teduh. Mata itulah yang berkali-kali menghipnotisku, setiap kali aku memandanginya. Tatapan yang tak jemu-jemu kunikmati, sebelum waktu memisahkan kita nanti.
            "Dingin." desahnya pelan.
            Aku beraksi, kueratkan pelukanku. "Masih dingin?"
            "Tidak. Terima kasih."
            Senyumnya selalu begitu. Senyum yang lebih manis, dan semakin manis jika kupandangi terus-menerus. Jemariku menyentuh rambutnya yang hitam, dan semakin hitam karena pemandangan di luar jalan juga menggelap.
            Aku mengintip ke luar jendela, lampu jalanan yang terlihat remang-remang tak membantuku mengetahui keberadaanku saat ini. "Masih lamakah kita sampai?"
            "Sebentar lagi, sudah tiga jam bus ini melaju."
            "Cepat sekali rasanya, apa karena malam ini kulewati bersamamu?"
            Ia tertawa kecil, mendekatkan bibirnya ke bibirku, lalu sekejap; jantungku berdegup kencang. Ia menciumiku, dan aku hanya bisa diam. Sungguh, aku merasa bodoh dan seperti anak kecil. Padahal, bukan ciuman pertama, tapi gerakan bibirnya sungguh berbeda dari bibir siapapun yang pernah kucium. Aku mengedip-ngedipkan mata, telapak tangannya menutupi mataku... dia kembali mengecupku.
            Menit-menit yang berlalu dengan sangat manis, sungguh tak ingin kutukar dengan kebahagiaan lain yang mungkin lebih menjanjikan. Dia, yang begitu sederhana, benar-benar menjadikanku sempurna. Sempurna sebagai pria. Sempurna sebagai manusia."

.............................

demi membaca itu
aku seakan membaca lagi dirimu
lembar-lembar kisah lama seakan 
dibuka kembali perlahan...
ketika hangatnya cinta melelehkan sukma
ketika dingin adalah impian agar bisa kunikmati hangat mu

demi membaca itu
seakan terbaca lagi puisi lama kita
tentang kisah angin dan bidadari
tentang senja di pantai sepi
tentang embun yang lenyap oleh hangat nya mentari
tentang cerita senja di bukit sunyi 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar