Sabtu, 27 Juni 2009


aku berlari ke bukit.... tubuhku terasa ringan.... seperti kapas yang dihembus angin... seperti bunga ilalang ... yang bertaburan dari buluhnya... ketika angin pegunungan menyapu bukit ini....

aku terus berlari... sampai ke puncak bukit itu.... ku hirup hawa sedalam-dalam nya...
aku tak tahu harus bagaimana mengungkapkan apa yang kurasakan...
akhirnya aku berteriak....

Terima kasih wahai mentari....
terima kasih wahai rumput kering
terima kasih wahai pohon yang gagah
terima kasih wahai angin...
terima kasih wahai burung parkit kecil
terima kasih padang ilalang...

karena kalian telah setia menemani aku...
di kala rindu menggebu
di kala rindu menyiksa
di kala rindu mendamba
di kala rindu menyesakkan relung jiwa
di kala rindu membenamku dalam rasa nan sepi
di kala rindu melelehkan bulir air di sudut mata
di kala rindu seakan tak tertahankan...

semua kini terbayar sudah...
ketika serangkai kata mengalun
bagai gelombang lautan menuju pantai
ketika serangkai kata berhembus
bagai angin senja ini yang menyejukkan relung nurani
ketika serangkai kata membasuh
semua jelaga rasa yang masih tersisa

rindu ku rindu nya
luluh bagai buluh terkulai...
namun segera tumbuh
menggunung menembus langit asmara
setinggi-tinggi mendaki-daki rasa nya...


lalu ku pejamkan mata.. terbayang senyum kekasihku... dia tersenyum padaku.... senyum yang hanya bisa kubayangkan selalu... semoga bukan untuk selamanya....
dan kini kutahu ... penantianku tidak akan pernah sia-sia... asa itu selalu ada.... kini dan senantiasa... karena cinta semakin membara di dalam dada.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar