Selasa, 02 Juni 2009

senja di bukit


Entah mengapa aku suka sekali berdiam, berlama-lama di puncak bukit ini. Mungkin karena aku bisa sendiri dengan diriku... me and myself.... Bukit ini memang indah, apalagi di senja hari seperti ini, ketika mentari pulang ke peraduannya. Bias sinarnya di ufuk barat begitu indah. Dari bukit ini aku bisa merasai angin yang berhembus... kadang perlahan... sepoi-sepoi... dan tak jarang berhembus keras, hingga menerpa ku dengan hebat. Aku harus berterima kasih pada angin ini. Kepadanya sering kutitipkan pesan rinduku pada kekasihku yang jauh.. tak lupa kuterbangkan bunga-bunga mungil... agar dibawalah keharumannya kepada kekasihku yang jauh...
Aku harus berterima kasih kepada angin, karena sekali dia membawa senandung rinduku pada kekasihku yang jauh... Aku tahu angin tidak akan mengecewakan ku.... dia sudah berjanji padaku, akan menjadi pembawa pesan cinta dan rindu kepada kekasihku.

Aku memandang sekelilingku... selain pohon besar ini... tiada kutemui lagi pepohonan lain di puncak bukit ini. Sekeliling penuh bunga warna-warni. Mereka beranggung-angguk menari, seolah menghibur pohon besar yang sendirian ini, menjadi kawannya yang setia. Aku tiba-tiba dihinggapi rasa kasihan, rasa iba pada pohon ini. Kusentuhkan tangaku pada kulitnya yang kasar. Oh pohon agaknya kita bernasib sama. Kau dan Aku... sama-sama sendiri di bukit sunyi ini. Wahai pohon apakah yang kau tunggu? apakah engkau juga menunggu kekasihmu seperti aku? Engkau pasti sudah lama sekali menunggunya.
Apakah kita bisa saling menghibur wahai pohon? kau sendirian dan aku juga sendirian.

Angin masih berhembus... bunga-bunga masih menari... saat aku pulang... mentaripun hanya menyisakan berkas sinar redupnya dan pohon itu masih sendiri... menatap langit dalam sepi... mungkinkah ku dengar raungan rindunya? karena hanya sunyi yang kurasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar