bukit ini kembali sunyi... dan begitu sunyi kurasa... angin pun tiada berhembus... semua diam, ilalang, bunga - bunga yang berserak... bahkan pohon yang tinggi ini pun diam.... aku menekuri diri,.... menatap hamparan padang ilalang yang sunyi... aku mencari-cari biasanya ada sekelompok burung yang berkejaran namun hanya sunyi... kemana kah mereka?
aku tak menduga semua seakan pergi meninggalkan aku.. aku memang harus pergi dari nya... itu keputusan yang dengan sadar aku ambil. Kebersamaan itu hanya akan membawa kepada hal yang tidak baik, bahkan mengancam. Memang meninggalkan seseorang, terlebih seseorang yang kita tahu pasti masih mencintai kita adalah hal yang tersulit, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Untuk apa terus bersama ketika kebersamaan itu justru membawa celaka?
Beribu alasan yang rasional bisa aku ungkapkan untuk menjelaskan mengapa aku harus pergi juga; dan keberanian dan tekadku ini terasa ringan dan melegakan ketika mengingat bahwa aku telah menyingkirkan bahaya itu... namun di sisi lain harus ku akui kehilangan ini begitu menyakitkan.
aku akhirnya harus berunding dengan sang waktu, untuk bersedia membantuku melewati masa ini dengan baik, dan aku juga harus berunding dengan hatiku sendiri untuk menerima bahwa semua ini harus terjadi, aku justru akan sangat jahat jika terus mengikat nya.
Dan aku harus mengakhiri kompensasi ini... aku tak akan lagi mendaki ke atas bukit ini lagi. Mendaki ke atas bukit ini hanya lah kompensasi, dan itu artinya aku tidak mau benar-benar melepaskan, dan aku tidak mau benar-benar menerima keadaan bahwa aku telah kehilangan dirinya aku harus berhenti. Tak lagi pergi ke puncak bukit ini.... dan meninggalkan semua nya di atas sini. Biarlah waktu melaksanakan tugasnya.... biarlah bunga-bunga yang mengering tiada lagi menjadi punya arti... biarlah hanya waktu yang menyaksikan bunga layu dan mengering... dan pohon ini meranggas di musim ini.... dan aku ingin lahir kembali....
harus kuakui ada yang hilang walau ku berusaha menerima kehilangan ini memang rasanya sungguh menyakitkan
hanya kesadaran bahwa kisah ini harus berakhir yang membuatku tetap waras hanya kesadaran bahwa jika terus menggenggam justru akan semakin menyakitkan dan membahayakan yang membuatku menjadi iklas....
ada sebersit bahagia bahwa akhirnya aku melepaskannya dari potensi bahaya ada sebersit asa bahwa selepas ini dia bisa menumpahkan cinta nya pada yang seharusnya
waktu akan membantu menyembuhkan pedih yang membuat merintih waktu akan membantu mengisi hati yang terasa sepi dan sedih
dan harus kuakui... rasa kehilangan ini dan tiada akan ada lagi kisah seperti ini.... dan di setiap senja yang sunyi akan kudaraskan doa untuk bahagianya hari demi hari...
akhirnya aku harus terus memendam rasa dan selalu berharap dia akan selalu menumbuhkan rindu dendam
akhirnya aku harus terus menerbangkan rasa dan selalu berhadap dia akan melambungkan rindu ku padanya
entah kemana aku harus membawanya selama ini rasa ini ku bawa dan tak sedetikpun ku lena
kadang semua terasa sia-sia karena kau seakan sudah tak lagi mau terima
semoga tiada yang tersebunyi di dalam sikap diam mu dan kalau memang adanya begitu aku pantas dan selayaknya diberitahu aku tak akan meminta lebih yang aku rasakan sudah berlebih walau selalu saja mendatangkan pedih
kisah ini tak akan berakhir walau mungkin kau ingin kisah ini terlalu panjang dan masih akan terus memanjang sepanjang hidup mu dan hidup ku dan kita harus terima tapi aku takkan memaksa kalau memang engkau ingin meletakkannya dan meninggalkan aku sendirian menunggui nya
dulu kau selalu bilang, I love u mas... dan katamu engkau tak bosan mengatakan itu "aku mencintai mu selamanya.... kamu harus percaya itu" "dan kamu aku takkan bosan untuk terus berkata: aku cinta padamu" selamanya.....
kau juga berkata padaku:
"Kamu harus percaya cintaku akan tetep seperti adanya, dan akan selalu berada di tempatnya. Aku hanya berusaha untuk bersikap bijaksana agar tidak melukai siapapun". "Sampai bertemu di waktu yang akan datang pada kita. Hari itu akan tiba".
ya hari itu akan tiba semoga masih ada getar di nadiku saat hari itu tiba semoga masih ada sinar di mataku saat hari itu tiba semoga masih ada daya untuk memelukmu saat hari itu tiba
dearest, semalam bulan indah sekali, full moon, purnama dalam balutan dewi malam yg cerah ceria, sayang aku hny bs melewatkan malam yg indah itu sendiri hny lagu cinta nan sendu menemani tuk hangatkan kalbu yg merindu andai bukan hanya bayangmu yang datang utk menghapus dingin & sepi dlm kalbuku... oh Tuhan, betapa aku merindukan dia kekasih hatiku yang hny bisa kucumbu dlm bayangannya yang semu yang selamanya hrs kupuaskan hatiku dgn itu.. aku ingin membelai barang sehelai rambutnya aku mendamba barang sekejap dalam hangat peluknya... aku ingin barang seperseribu detik yang maya menjadi teraba ....
cinta jangan kau pergi...tinggalkan diriku sendiri....cinta jangan kau lari....Apalah arti hidup initanpa cinta dan kasih sayang....
lagu sendu melantun dari HP ku..... dan semilir angin di atas bukit ini membawa hangat dan menghangkatkan hatiku juga.... aku tadi rupanya jatuh tertidur... dan aku bermimpi berjumpa dengan kekasihku... dia ku lihat sangat cantik... dalam balutan gaun putih dari bahan ringan yang melampai perlahan... diterpa angin yang bertiup. Dia berjalan di kejauhan... berlari perlahan seakan tak sabar untuk segera mendekat padaku... tangannya terentang... dia berlari kecil di antara bunga-bunga mungkin di padang... di antara bunga-bunga alang-alang yang berayun-ayun setelah tubuh indahnya menerpa. Aku begitu bahagia... namun saat dia ada di depan mata dan merentang tangannya memelukku... aku terbangun dan tersadar bahwa ini hanya mimpi.
Meski begitu, aku masih merasakan sisa kebahagiaan dan hangatnya cinta di dalam hatiku... dan kembali aku seakan melihatnya di antara bunga di padang dan alang-alang yang terhampar...
Aku akan selalu merindukannya dan setia menunggu saat bertemu itu tiba..... biarlah orang katakan aku bodoh... aku akan tetap menunggu dan menunggu....
I am fine, honey janganlah mengkhawatirkanku aku baik-baik saja walau setiap kali mengingatmu
betapa sekarang aku ingin memelukmu mendekapmu dan membenamkanmu dalam hangatku hangat yang selalu ada karena terbakar cinta dan rindu
suatu saat kita akan bertemu meski itu saat mentari akan tenggelam kita akan berdua memandang indahnya menikmati keindahan yang tiada seperti cinta kita yang indah walau mungkin tinggal sesaat bisa tercecap karena mentari segera lenyap dan haripun menjadi gelap dan kembali senyap.
inginnya kau di sini akan bercerita tentang lelahku sambil merasakan jemarimu menari lembut melemaskan ototku yg kaku
inginnya kau di sini aku akan bercerita tentang kesalku sambil menikmati sepotong roti buatanmu
inginnya kau di sini aku akan rebah dalam pangkuan sambil bercerita tentang lara yang membiru karena rindu telah lama dan membatu melelahkan jua di hati dan jiwaku namun begitu bukan berarti aku tak bersedia menunggu
sore meredup sinar mentari tinggal sisanya yang temaram entah darimana bayanganmu kembali menyapa kangen itu menyelinap di hati yang gundah gulana
aku tertegun dalam rasa hati yang sepi sore ini kureguk teh manis hangat perlahan mengalirkan kehangatannya sesaat dan meninggalkan bilur sepi yang dingin
dan aku masih menunggu menikmati teh manis buatanmu di sore yang hangat dengan tatapan pada wajahmu yang ayu
hayo ngelamun !!! apa kabar mas? (kecup pipimu sekilas)
apa sekarang kamu masih sakit?
ah .. sudah sehat kan? (raba dahimu)
aku dan si kecil sehat, semoga kamu dan buah hatimu juga selalu demikian
maaf aku lama sekali tak berkabar, sibuk dgn si kecil,
aku selalu mencintaimu ... itu yang harus selalu kau ingat,
jaga diri ya, mas ......"
------------------------- luruh rinduku seperti istana pasir yang dihempaskan ombak samudra dan sedetik berlalu lalu berkobar rinduku seperti ilalang terbakar yang dihembus angin kering kemarau ini
aku selalu mengingat itu bahwa kau selalu mencintaiku
aku akan menjaga diriku seperti serigala menunggui liang tempat anaknya seperti induk buaya menggeram di sisi sarangnya
jagalah dirimu jua karena ada janji yang kita ucapkan yang masih menunggu pemenuhannya di depan sana semoga waktu berpihak pada kita kau ada dan teraba jemariku kau ada dan terendus hidungku kau ada dan terasa di pori-pori kulitku
....."gambar sapa tu?.... sapaan kakak mengagetkan aku yang sedang memandangi sebentuk photo. Aku mengangsur photo itu kepada kakakku. Dia memandanginya dengan seksama dan senyum mengembang di bibirnya. Matanya beralih dari gambar ibu muda berjilbab hitam yang sedang memandikan anak lelakinya dan dia menatapku
"... ini gambar siapa?... aku jawab " bukan siapa-siapa, aku menemukan tadi di jalan" Mungkin ini jatuh dari tangan pemiliknya.
.."apakah dia mirip perempuan dalam gambar ini kak? tanyaku
kakakku tersenyum.." kamu masih merindukannya ya?... perempuan di gambar ini ga mirip sama sekali dengan dia, jauh! Dia lebih jauh lebih cantik, dia lebih manis, alisnya lebih tebal, dan ada seberkas tipis kumis di atas bibirnya.... hmmmm sudahlah semakin aku bercerita nanti kamu semakin merindukannya...
aku diam saja. dan pelan kakak mengembalikan gambar itu padaku. aku kembali menatapnya dan menghapus sedikit kotoran yang jatuh ke atasnya. tanganku sedikit gemetaran saat mengelus wajah perempuan dalam gambar itu.
.... gambar ini memang mengingatkan aku padanya... gambar seorang ibu muda berjilbab yang sedang memandikan anak lelakinya.... dia memandang ke samping dan dia membungkuk, tangannya menahan anaknya yang masih bayi di dalam ember penuh air.... bayi itu montok dan lucu...
aku tersenyum... membayangkan dirinya yang ada dalam gambar itu... bergembira... dia seperti sedang exciting... antara takut dan ingin memandikan anaknya sendiri karena mungkin selama ini tidak diperbolehkan karena belum berpengalaman... mungkin juga tangannya sedikit gemetar saat si bayi meronta dalam pegangannya... secercah kilat kebahagiaan dan kepuasaaan seorang ibu yang baru mempunyai bayi terpancar kuat dari matanya yang indah di bawah bulu alis nya tebal dan hitam.....
aku merasakan nuansa bahagia itu merasuk dalam relung hatiku.... dulu mungkin hal seperti ini tidak terbayangkan olehnya.... bahkan dalam mimpinya yang paling gila sekalipun... namun kini ada - nyata dan teraba.... dan bunga rinduku mengembangkan mahkota-mahkotanya yang tajam menusuk rongga hati yang berbalut cinta... melelehkan rasa pedih tanpa disadarinya... I miss her so much.....
..... ku tulis tgl 13 bulan ini... biasanya ada yang datang hari ini.... tapi hanya ada hampa yang sepi.. dan aku masih menanti... melihat dirinya dalam gambar seperti ini... sementara kupuaskan diri dengan gambar ini.. yang memang bukan dia, dia lebih dari perempuan dalam gambar itu.
aku terperanjat, ku lihat asap putih membumbung tinggi di atas bukit, ini bukan seperti biasanya,
..."kakak, ilalang di sana terbakar lagi!" aku berteriak kepada kakakku
dua bola mata kakakku segera terantuk pada pemandangan yang tidak biasa. Langit di atas bukit itu biasanya biru indah... namun sekarang penuh kabut putih diselingi jelaga hitam abu sisa ilalang yang terbakar....
lalu aku berlari ke puncak bukit, aku ingin tahu apa yang terjadi... kakakku mengikuti dari belakang... sesampai di atas bukit, mataku terantuk pada pemandangan yang memilukan.... padang ilalang itu membara, api melahap dengan cepat ilalang yang kering, meninggalkan jejak-jejak hitam dan asap putih yang membumbung tinggi. Suara gemeretaknya begitu mengerikan seolah menusuk dalam hatiku...
bunga-bunga indah yang berselang-seling dengan ilalang turut terbakar, air mataku menetes tak terasa... aku kasihan pada bunga indah yang tiada bisa menghindar dari api yang membakarnya.. dia tak bisa lari dan hanya menerima pasrah dirinya terpanggang dalam api yang membara ... dan sekejap dia menjadi hitam, menjadi abu yang menyatu dengan sisa ilalang yang dimakan api.
aku berguman kepada kakakku....
"kakak... padang ilalang ini terbakar lagi..... dan aku masih merasakan pilunya di dalam sini"
kakakku diam, dia memandang aku... aku tidak melepaskan pandangan mataku dari padang ilalang yang terbakar... seolah-olah api juga telah membakar hatiku.... ngilu di dalam kalbu
tak pernah ku lupa, kekasih masih kusirami setiap hari bunga indah yang kau tanam di atas bukit sana di bawah pohon raksasa yang kuat agar terlindung dari angin dan badai
tak pernah ku lupa, kekasih masih kurawat setiap hari kujaga agar tak layu ataupun mati meski jalanan mendaki harus ku tempuh setiap hari
tak pernah ku lupa, kekasih mengamati kuncupnya satu-satu merekah indah seolah mengingatkan aku untuk terus berharap
tak pernah ku lupa, kekasih mengagumi bunga nya yang indah merekah mengundang kumbang dan kupu-kupu datang menghisap sari madu nya membawaku pada kesadaran bahwa kau bukan milikku semata alam ini lah pemilikmu sesungguhnya
tak pernah ku lupa, kekasih merelakan helai mahkota bungamu menjadi layu lalu mengering dan jatuh ke tanah demi melihat itu aku menyadari bahwa hidup dan mati adalah hal biasa dalam alam semesta dan setiap kematian diikuti harapan akan kelahiran harapan dan hati yang terus berharap
tak pernah ku lupa, kekasihku kekasihku, tak pernah ku lupa
kupandangi sejak beberapa saat lalu... meski agak jauh....
seorang ibu yang sedang menimang mesra anaknya di sore yang cerah.... wajahnya begitu ceria.. seperti cerahnya sore ini. Sayup ku dengar tawa riang si anaknya yang masih bayi... dalam gendongan. Tangan si bayi meraih-raih dengan lembut ujung hidung ibunya... aku sulit menggambarkan kilatan bahagia tiada tara dari mata si ibu yang manis ayu... walau tanpa sentuhan gincu dan bulu mata palsu.... sungguh mengharukan....
aku tertawa tertahan melihat si ibu memainkan ujung jilbab-nya di hidung anaknya.... menyentuhkannya - membuat geli di ujung hidung si bayi lelaki .... senyum merekah... di bibirnya yang indah... senyum penuh bahagia.... lelaki manapun tak akan rela, jika ada yang mengganggu mereka.... sekelabat lalat pun... tak akan direlakan untuk menginterupsi nuansa bahagia sore ini....
sore ini milik mereka... berdua... ibu dan anak lelakinya....
tiada kebahagiaan yang lebih daripada seorang ibu yang menimang anaknya yang sehat... riang.... dan gembira.... apalagi si anak sudah sekian lama di nanti.... dia menjadi penghapus segala duka laranya yang sekian lama menderanya.... segala kenangan duka lama telah sirna... berganti bahagia tiada tara... yang bahkan dalam mimpi pun dia tak berani membayangkannya.
mungkinkah.... apa yang dialaminya dulu adalah bayaran di muka atas semua bahagia yang sekarang direguknya....
ku pandangi lagi... dari pinggir tanah lapang yang luas berumput hijau yang berseri ini.... di antara lalu lalang orang di senja yang indah... hangat... dan sejuk ini.....
senja bahagia... luruh perlahan... digantikan petang yang berhias purnama merah jambu .. dan kejora di sampingnya....
secercah bias sinar mentari, melesat di kejauhan... membuat temaram dini hari pecah berganti terang benderang yang cerah.... dari atas bukit ini aku merasakan hawa sejuk hari baru.... burung-burung di pohon tua yang soliter, bercicit, mengalunkan lagu merdu pujian pada sang pencipta hari baru.....
ku hirup nafas dalam-dalam... seakan ini regukan nafasku yang pertama ketika aku hadir di dunia ini... semuanya begitu indah dan menggairahkan.....
".... jadi kau sudah bicara denganya...." tiba-tiba suara kakak memecah keheningan...
aku menengok setelah membuka mataku ..... dia dengan tajam menatapku.... semribit angin menggoyangkan anak rambut yang menjuntai di atas keningnya.....
" ... sudah... aku sudah bicara dengan nya.... " aku menjawabnya dengan datar..... dan kembali aku memalingkan pandanganku ke cakrawala yang mulai benderang....
lalu dia menyambung..
" syukurlah... meski aku yakin tidak akan sepenuhnya selesai... namun ini sudah capaian yang baik...baik untuk mu dan baik pula untuk nya.... aku bahagia... dan aku yakin kalian berdua juga bahagia... karena hakekatnya sudah jelas sejak awal bahwa kalian ingin saling membahagiakan... maka melepaskan demi kebahagiaan itu lebih membahagiakan. .... lihatlah burung-burung itu... mereka lebih bahagia saat lepas bebas seperti ini... sangkar emas tiada artinya...
'lalu apa rencanamu... dengan hidupmu ...?"
aku menghela nafas... dan mataku tertuju pada burung-burung pipit yang berkejaran di langit pagi yang cerah..... aku menyungging senyum dan berpaling memandangi kakakku....
"aku sudah punya rencana.... aku ingin membahagiakan mereka yang dekat di hatiku... dimana mereka itu berada... paling tidak aku akan berdoa agar kebahagiaan selalu melingkupi mereka yang dekat di hatiku... melihat mereka bahagia... membuatku bahagia juga...."
kakakku tersenyum... dan kami kembali memandang cakrawala dari atas bukit.... menikmati kuasa Tuhan... karya tanganNya sendiri...
dalam batin aku berbisik
" Tuhan terima kasih.... aku ingin dekat padaMu... seperti aku ingin dekat dengan mereka yang telah menjadi dekat di hatiku.... jauhkanlah daripadaku segala yang menjauhkan aku dari padaMu... dan juga jauhkanlah aku dari segala yang menjauhkan aku dari mereka yang telah dekat di hatiku...selamanya..."
Kamis, 16 Juli 2009
mengapa sore ini aku mengenangkanmu namun hanya rasa sakit dan pilu yang kurasa. apakah mungkin karena aku membayangkanmu dalam pelukannya yang mesra. apa hakku untuk punya rasa cemburu? engkau bukanlah milikku walau katamu kau mencintai aku dan tak ingin aku mengurangi rasa cintaku padamu.
mengapa sore kemarin aku mengenangkanmu dan rasa bahagia yang mengalir deras dalam kalbu. apakah mungkin aku melihatmu tersenyum dengan mata terpejam dalam pelukan cinta dari seorang yang menyayangi mu... dan demi melihat itu aku pun turut bahagia....
entahlah... ini hanya rasa... ketika jiwa menerawang cinta lama... yang terhalang waktu dan masa.... terlunglai tanpa daya ku.... dalam kenangan akan waktu yang telah berlalu....
Malam mendekap sepi penuh manja Membuatku iri kepadanya Disini, Hanya hanya bayangmu yang menari Diantara keluar masuk nafasku yang kian memburu
Lalu bagaimana aku menuangkan rindu ini Agar aromanya jelas terasa diantara langit malam Menyempurnakan bisikan cinta yang terasa merindu Ooh….terasas hampa ruangan ini tanpa senyummu Dan ranjangpun enggan menidurkan aku
Aku berbisik tentang sepi pada angin Yang mengintipku dari jendela kamar kita Aku bercerita pada ponsel Tentang rasa rindu ini yang aku kabarkan lewat aksara
Semoga engkau segera kembali Lalu kita bercanda, marah, ngomel bersama lagi
by: EJ@sarikata.com
Sabtu, 27 Juni 2009
aku berlari ke bukit.... tubuhku terasa ringan.... seperti kapas yang dihembus angin... seperti bunga ilalang ... yang bertaburan dari buluhnya... ketika angin pegunungan menyapu bukit ini....
aku terus berlari... sampai ke puncak bukit itu.... ku hirup hawa sedalam-dalam nya... aku tak tahu harus bagaimana mengungkapkan apa yang kurasakan... akhirnya aku berteriak....
Terima kasih wahai mentari.... terima kasih wahai rumput kering terima kasih wahai pohon yang gagah terima kasih wahai angin... terima kasih wahai burung parkit kecil terima kasih padang ilalang...
karena kalian telah setia menemani aku... di kala rindu menggebu di kala rindu menyiksa di kala rindu mendamba di kala rindu menyesakkan relung jiwa di kala rindu membenamku dalam rasa nan sepi di kala rindu melelehkan bulir air di sudut mata di kala rindu seakan tak tertahankan...
semua kini terbayar sudah... ketika serangkai kata mengalun bagai gelombang lautan menuju pantai ketika serangkai kata berhembus bagai angin senja ini yang menyejukkan relung nurani ketika serangkai kata membasuh semua jelaga rasa yang masih tersisa
rindu ku rindu nya luluh bagai buluh terkulai... namun segera tumbuh menggunung menembus langit asmara setinggi-tinggi mendaki-daki rasa nya...
lalu ku pejamkan mata.. terbayang senyum kekasihku... dia tersenyum padaku.... senyum yang hanya bisa kubayangkan selalu... semoga bukan untuk selamanya.... dan kini kutahu ... penantianku tidak akan pernah sia-sia... asa itu selalu ada.... kini dan senantiasa... karena cinta semakin membara di dalam dada.
"Dan kelak, yang paling penting, bukan berapa lama tahun yang kamu lewati. Tetapi, bagaimana kamu menjalani kehidupanmu sepanjang tahun- tahun tersebut." -- Abraham Lincoln, mantan Presiden Amerika Serikat
APA yang akan Anda lakukan kalau tiba-tiba dokter memvonis hidup kita tak akan lama lagi? Biar pun si dokter itu bukan Tuhan yang bisa menentukan kapan saja hidup kita berakhir, tetap saja kita akan gemetar. Lutut mungkin langsung terasa copot. Hati menjadi ciut. Pikiran pun menjadi mengkeret. Dan, tak akan ada lagi, boro-boro tahun depan, bulan depan pun mungkin sudah tak ada.
Mungkin boleh juga kita kupas cerita tentang Burt Simpson. Dia ini polisi asal Seattle, Amerika Serikat. Nah, menurut dokter setelah memeriksa hasil laboratorium yang rutin Simpson lakukan, hidup Simpson diramal tak lebih dari dua minggu lagi. Simpson tentu saja terkejut. Awalnya, dalam tugas sehari-hari, Simpson sangat takut bila tertembak penjahat. Tapi kemudian malah berubah menjadi berani, bahkan boleh dibilang nekat. Simpson malah mencari-cari risiko berhadapan dengan maut. Sebab dalam otaknya, dia akan mati kapan saja. Buat apa harus hati-hati lagi. Kalaupun ia harus mati dalam tugas, keluarganya akan dijamin dengan tunjangan oleh negara. Tapi kalau ia mati secara alami, negara tak bisa memberikan apa-apa selain lencana. Begitu pikirannya. Eh, ternyata semua itu palsu. Vonis dokter yang mengatakan gara-gara penyakit anehnya akan membuat dia mati, tak berbuah hasil. Peluru pun malah tak mau mampir di tubuhnya. Dua minggu telah lewat, bukan hanya Simpson yang masih segar bugar, tapi juga koleksi para penjahat yang ia tangkap untuk dikirim ke hotel prodeo.
Apa yang dialami Simpson memang hanya ada di film 'Short Time'. Film komedi keluaran tahun 1990 ini menampilkan aktor kawakan Dabney Coleman sebagai Detektif Burt Simpson. Kita memang tidak perlu bersikap dan bertindak seperti Simpson, nekat dan selalu siap dalam menantang maut. Pelajaran sederhana yang dapat diambil dalam film tersebut ialah bila kita selalu mengingat akan mati, bisa jadi kita akan selalu terus berbuat baik.
Kita memang baru saja merayakan ulang tahun kemerdekaan bangsa ini. Tradisi memperingati hari ulang tahun, memang berlaku untuk siapa saja. Tak hanya berlaku bagi setiap individu, tapi juga bagi suatu negara. Ulang tahun, merupakan contoh bagaimana kita memperingati suatu hari bersejarah dalam hidup kita. Oleh karena itu, setiap tahun pun biasanya kita selalu merayakannya. Mungkin secara sederhana, dengan mengajak makan bersama dengan keluarga atau kolega. Atau yang lebih wah, mengajak para teman dan handai taulan untuk pesta semalam suntuk.
Pertanyannya adalah makna apa yang sesungguhnya dapat diambil dalam setiap ulang tahun yang kita peringati? Yang pasti, dengan bertambahnya angka secara denominasi, tetapi justeru usia makin berkurang. Dengan usia yang makin berkurang, artinya kita malah makin mendekat kepada kematian itu sendiri.
Dalam suatu acara seminar, salah seorang politisi Partai Golkar, Yusuf Sukardi, menjelaskan lima arti penting dalam memperingati hal yang bersejarah dalam kehidupan kita. Pertama, peringatan harus merupakan cermin atau neraca perjalanan kehidupan. Artinya, dengan peringatan itu, kita dapat mengambil hikmah atas segala hal yang kita perbuat di masa yang telah lalu. Kedua, sebagai pembangkit motivasi. Suatu peringatan harus dapat memotivasi agar berbuat lebih baik dan lebih baik lagi, serta tidak terjebak pada kesulitan yang terjadi di masa lampau. Ketiga, sebagai alat untuk melakukan introspeksi diri. Keempat, suatu peringatan harus dapat dijadikan titik awal penyusunan rencana selanjutnya yang lebih baik. Dan terakhir, yang paling penting, yaitu memaknai kehidupan hari esok yang lebih baik.
Betul, seandainya kita dapat memaknai hidup ini dengan lebih baik, tentu saja kita akan merasa bahwa waktu yang diberikan kepada kita dirasakan pendek. Kita tentu akan berusaha untuk selalu terus berbuat baik.
Itulah yang dialami oleh seorang Gitta Sessa Wanda Cantika. Walau ia harus mati di usia muda, tapi Gitta tahu, bagaimana ia memaknai hidup ini dengan penuh arti. Gitta Sessa Wanda Cantika, adalah mantan artis cilik di tahun 1999. Ia dinyatakan terkena penyakit kanker ganas yang hanya membutuhkan waktu lima hari untuk berkembang. Gitta pun pasrah melewatkan hidupnya dengan kanker ganas yang mengenai wajahnya, hingga akhirnya menyentuh paru parunya.
Tapi dia tetap tegar dan tanpa mengeluh sedikitpun. Hebatnya dari gadis ini, ia tetap ingin menuntut ilmu walau dalam keadaan seperti itu. Ejekan dari orang yang melihatnya tidak ia hiraukan. Di saat ujian kenaikan kelas, tangannya tak mampu lagi bergerak, hingga hidungnya mengeluarkan darah mimisan. Tapi Gitta tetap terus bertahan hingga ujian berakhir, dan dinyatakan lulus naik kelas. Tekadnya yang membaja terdengar ke Ibu Presiden Megawati, hingga akhirnya Presiden memberikan penghargaaan khusus padanya sebagai siswa teladan.
Umur Gitta mungkin dirasakan singkat baginya. Tapi sesungguhnya ia menjalani hidupnya dengan penuh makna. Kualitas hidup seseorang memang tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup. Tapi justeru yang lebih penting, bagaimana kita mengisi hari demi hari dalam kehidupan itu sendiri dengan penuh arti. That's right, Brother? (180808)
Sumber: Memaknai Hari Ulang Tahun oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta
aku membuka tumpukan surat-surat lama, dan menemukan surat tulisanmu setahun yang lalu:
Mas, aku akan sangat sibuk hari ini dan selanjutnya dan mungkin ga sempat beremail kepadamu, maka sekarang aku mau ngucapin "SELAMAT ULANG TAHUN, SEMOGA PANJANG UMUR, SELALU SEHAT, SUKSES DAN BAHAGIA, AMIN". Aku sudah pesan kue tar cantik utk hr jdmu lusa dan aku akan tiup lilin utkmu sblm aku jelang hdp brku. Km hrs sll ykn bhw aq sll mencintaimu selamanya. Jaga kesehatan ya..., peluk ciumku menyertaimu.
tak terasa setahun sudah berlalu..... dan aku masih memegang kata-katamu, dan akan selalu begitu sampai kau inginkan yang sebaliknya:
"Km hrs sll ykn bhw aq sll mencintaimu selamanya."
ah enggak kok kak, emang ga boleh orang tersenyum? - sahutku
yaaaa, aneh saja... berhari-hari kamu murung... hla kok sekarang sudah tersenyum... emang ada apa to? apakah kamu sudah dapat kabar darinya?
belum. - kataku singkat
"jadi apa yang membuatmu begitu bahagia....?"
entahlah... hari ini aku merasa aliran hawa bahagia dalam nurani ku.... mungkin dia yang jauh di sana sedang bahagia... dan aura bahagianya terbawa oleh angin senja hingga hinggap dalam relung jiwaku... membawa nuansa kegembiraan yang susah diungkapkan dan aku hanya bisa tersenyum....
malam ini aku akan mengenangnya... dalam mimpi yang indah... ku ingin melihat bidadariku menari... di bawah sinar bintang gemintang yang cemerlang
hari ini aku kira kita bisa berjumpa di sini namun aku hanya seperti angin yang membubung tinggi biasanya ada bidadari yang kuterbangkan tinggi dengan sayap-sayapnya yang putih berseri
hari ini aku kira kita bisa berjumpa di sini mengenangkan segala lalu hari menghidup-hidupkan kenangan kala sepi apakah itu semua kini tiada arti semoga masih ada asa itu di hati
menikah, aku denganmu, kekasihku dengan sisa-sisa cinta peninggalan patah hati masa lalu yang telah engkau bantu aku kumpulkan serpihan-serpihanny a
menikah, aku denganmu, kekasihku dengan percayaku yang masih malu-malu bahwa engkau tidak akan menyakitiku bahwa engkau akan terus menemaniku sampai ujung waktu
menikah, aku denganmu, kekasihku dengan kelembutan matamu dengan kekuatan hatimu dengan kokoh lenganmu dengan kerja-kerja kerasmu mengalahkan dunia setiap hari namun juga dengan kelemahan-kelemahan mu ketidakmampuan- ketidakmampuanmu juga tangis dan rintihmu
menikah, aku denganmu, kekasihku karena telah aku ijinkan engkau menjaga hatiku karena telah engkau ijinkan aku untuk turut serta memelihara hidupmu
menikah, aku denganmu, kekasihku karena engkau adalah titik yang membuat garis hidupku lebih sempurna
"kamu harus menerima keadaan ini. Itu akan lebih baik bagimu. Aku yakin itu" katanya padaku. kemudian dia melanjutkan,
" sudah sekian lama dia tidak mengirimkan sepotong beritapun padamu.Tentu dia sudah melupakanmu. Tentu dia sudah sibuk dengan kehidupannya dan kamu sudah dilupakannya. Coba sekarang kamu pikirkan apa yang membuatmu yakin bahwa dia masih mengingatmu? Apa?"
"aku sedih melihatmu yang terus menerus melakukan hal ini, berjalan ke puncak bukit, dan melihat mentari tenggelam, dalam kebisuan mencoba menghamburkan rasa pada angin dan alam semesta. Kamu punya kehidupanmu sendiri dan dia juga mempunyai kehidupannya. Dia mengejar impiannya dan kamupun bisa melakukan hal yang sama"
"kamu dulu sering bilang padaku, bahwa cinta tidak harus memiliki. Namun mengapa sekarang seolah kamu tidak menghayati apa yang kau katakan sendiri?"
"ada apa denganmu?"
"jujur, aku seolah tidak menemukan sosokmu yang dulu lagi. Kamu dulu tidak seperti ini. Aku tahu betapa dia sungguh berarti bagimu, namun kisah itu sudah selesai sekarang, dan kamu harus belajar untuk menerima itu."
"janganlah menuruti rasa semata, karena itu sebenarnya tidak nyata, bukan realita....."
kakak masih saja berbicara panjang lebar.... dan aku hanya terpekur mendengarkan dengan tertunduk. Lama-lama suaranya menjadi sama seperti angin.... menyatu dengan alam di sekitarku... aku seolah hidup di alam lain.... dan aku tidak menemukan diriku... sukmaku terbang entah kemana... mungkinkah dia terbang mencari kekasih hatinya... soulmate nya.....
dari dulu memang semuanya maya dan aku masih saja berharap .... kisah ini menjadi nyata...
maafkan aku kakakku.....
dan kulihat kakakku berjalan menuruni bukit .... dan bias sinar mentari di antara mendung... memberkas... dan pelan namun pasti dia meredup.....
gerimis sore basahi semua di jiwaku kan kulangkahi satu persatu waktu berlalu telusuri jalan yang takkan pernah berliku menanti hadirnya malam saat rasuk hati
kan kutunggu datangnya waktu yang kan kembali tak ada yag berganti saat disini kau pergi tlah lama kujalani waktu yang sepi lagi tetap kan menanti hari saat kau datang lagi
tak kan pernah berhenti walau kau tak kan datang disini
kan kunanti kan kutunggu sampai dapatkan kau yang pergi kan kubawa dan kubawa aku menanti kau tak disini hari demi hari kutunggu sampai kau datang lagi bunga kembali dan langitpun akan membiru lagi
Ku tatap impian Memandang hari yang kan datang Menantiku di sana Kucari jawaban Dari semua pertanyaan Yang kurasakan Semua yang kuminta Akankah kau beri Hingga saatnya kan tiba Aku kan menanti Tak henti berdiri di atas semua Yang pernah ku jalani Akhirnya kutrima Semua jawaban pertanyaan di hidupku
Rabu, 10 Juni 2009
senja menjelang... aku dipantai ini sendiri... mentari begitu indah... luruh di ujung cakrawala... merah tembaga dia memandangi aku yang sendiri dalam sunyi. Derak bunyi ombak yang monoton kudengar menyayat hati... seperti suara pilu seorang yang patah hati. kembali ku putar kisah lama... demi rasa rindu semata... yang masih menyala-nyala, dan entah dengan apa harus kupadamkannya.
-----------------------
Kekasih, perkenankan aku memohon lagi kepadamu hari ini, untuk selalu menghidupkan harapan itu dalam hati, karena itulah yang membuat kita mampu bertahan menjalani hidup di dua dunia. Namun itu hanyalah sebuah permohonan dariku, semuanya kupasrahkan di tanganmu apakah akan kau kabulkan atau tidak, aku tidak akan pernah memaksakan kehendakku kepadamu. Semoga ini tidak menjadi sesuatu yang memberatkanmu... jujurlah pada dirimu dan diriku... sebelum kau sampaikan jawabanmu kepadaku. Aku butuh kejujuran itu karena aku akan hancur berkeping-keping jika tahu engkau berbuat yang sebaliknya. Aku bukannya meragukanmu, namun, itulah yang kurasakan dan ingin kutegaskan padamu. Aku tidak pernah bermain-main dengan apa yang kukatakan dan kujalani dalam hidupku termasuk segala keputusan yang telah kuambil dalam hidupku itu. Kau tidak perlu khawatir akan diriku untuk menyampaikan semua jawabanmu dengan jujur terhadapku. Kalaupun engkau merasa berat dan ingin semuanya ini segera berakhir, aku akan menerimanya, aku akan hancur, namun aku akan berusaha terus hidup dengan kenangan akan dirimu, yang selalu kucinta dan kusimpan dalam hatiku. aku akan terus hidup dalam kenangan tentang dirimu dan segala yang telah terjadi antara kita. Namun sejujurnya aku berharap hal ini; aku berharap kita, bersama, menjalani kisah ini, sampai akhir itu tiba, apapun akhir itu wujudnya kelak. Maafkan aku, kalau dalam hal ini, sekali lagi aku seakan meragukan dirimu. Maafkan aku, jika penyampaikanku ini membuatmu seakan masih "orang lain" bagi diriku. Ini semata karena apa yang akan kita alami berdua adalah sesuatu yang besar dan bukan sesuatu yang main-main semata. Untuk itu semua aku mohon pengertian yang sebesar-besarnya dari dirimu.Kekasih, dari diriku sendiri, aku telah mengambil keputusan besar itu, mencintaimu selamanya dan menjalani hidup di dua dunia, dengan segala risikonya. Semoga engkau semakin mengerti sekarang, betapa besarnya arti dirimu dalam hidupku, saat ini dan untuk selamanya. Itulah yang ingin kusampaikan kepadamu. Dan, aku ingin ucapkan sekali lagi: aku mencintaimu kekasihku, sekarang, saat ini dan sampai selama-lamanya.
langit gelap ... namun bisa ku lihat wajahmulangit pekat ... namun bisa ku tangkap senyum nakalmulangit kelabu ... namun bisa ku rasa hangat hembusmu bisa ku dengar degup jantungmu kan ku damba pagut cintamu
yang merindu adinda-mu
-----------------------
kau tuliskan itu hampir setahun lalu masih kurasa remang rasa bahagia yang menghangatkan jiwa setiap kali aku kembali membacanya
apakah kau masih merindukan aku seperti saat itu setelah sekian lama waktu berlalu dan kini hanya satu pasti aku masih merindumu
Di senja ini aku menanti Hadirnya simpul senyummu yang memikat hati Oleh cahya emas senja aku melunglai Saat engkau menampakkan rapinya gigimu Ya….. Senyum yang menyungging, telah membidikku Aku terhenyak,
Alunan derai angin yang memahkotai Semilir sang bayu yang melumuri Tercabik oleh kerlingan mata yang memantik hati Seteguk harapan untuk memikat dirimu Dengan semburan emas sang senja yang sekilas
Hanya sekerat harapan kepada hari Ingin mencolek mesra pipi merah tomat Alang-alang tetap mendesir manja Ketika aku berbisik untuk titip salam rindu Untuk istriku (yang jauh)
Mengenangmu..sepertinya ada yg hinggap didunia ini.. Ada harapan yang selalu dan tak pernah hilang... Tentang keagungan cinta dan keberkahan hidup Ada ceria saat kepercayaan terhadap orang lain lenyap
dan engkau menghadirkan kembali kepercayaan itu..
Mengenalimu.. walau itu cuma seumur jagung..itu lebih dari cukup ! terkadang seperti mimpi,apakah aku pernah kenal denganmu.. impian-impianmu menggugah ideku.. harapan-harapanmu..derai tawamu..semua tentangmu..
Menunggumu.. seperi menunggu bola licin yang tidak pernah kudekap Begitu berat rasanya hari hari kulalui Begitu Panjang rasanya malam malam kuselami Begitu banyak godaaan-godaan yang harus kuhadapi Begitu payah diri ini memikul beban sendiri
Ketika Menunggumu.... Ada keinginan tuk mengkhianati cinta ini Ada ketidaksabaran yang menggoyangkan keyakinan Ada kesunyian yang amat sangat Ada kerinduan yang selalu menggelayuti
Mengharapmu.. Tidak ada batas waktu seperti nyanyian sunyi tak bertepi diantara doa-doa panjangku yang kupanjatkan diantara basuhan air dingin di malam buta Ada keyakinan akan janji Sang Pencipta Ada Kekuatan yang kucoba pertahankan Ada harapan yang selalu kutanamkan
Aku selalu menunggumu .. hingga pertemuan itu nyata adanya
maafkan kalau waktu itu semua tidak seperti harapanmu
maafkan kalau waktu itu aku melukai hatimu
maafkan kalau waktu itu aku membuatmu menangis
maafkan kalau waktu itu aku membuatmu bersedih
maafkan kalau waktu itu aku membiarkanmu sendiri di pantai yang sepi hanya ditemani camar dan angin serta ombak... dan sepasang kursi tua dimana kita harusnya duduk berdua di sana...
aku naik ke bukit ... di bawah sinarnya yang indah... gundukan deretan bukit membayang di cakrawala. Aku menyusuri jalan setapak terus naik melalui banyak kelokan. Aku tidak pernah lelah naik ke bukit ini. Setiap kali aku naik, dan lewat jalan setapak ini, aku selalu membayangkan ada dirimu di kelokan jalan selanjutnya... dan ternyata tidak ada... namun selalu ada harapan, mungkin pada kelokan berikutnya kamu ada di sana....
Puncak pohon yang berdiri sendiri menyembul di depanku... pertanda sudah tidak jauh lagi perjalananku... dan tak lama aku sampai di puncak. Aku menghela nafas panjang.. menghirup udara malam yang segar... keringatku membasahi keningku... dan aku biarkan saja.
Aku berdiri, menatap bulan purnama yang indah, malam ini langit begitu cerah... ada selaksa kelegaan di hatiku.... aku menatap bulan dan seoalah ku lihat kau menari di sana... dalam sinar purnama... menghiburku yang sedang lara... karena cinta yang tersandung jarak dan waktu...
andai kau di sini kekasihku... menikmati rembulan.. dalam pelukanku.... betapa indahnya.... aku akan nyanyikan lagu-lagu cinta untukmu... dan kau ada dalam pelukku... mendekapku penuh kehangatan dengan senyuman manis menghias bibirmu.. dan wajah ayu mu... tentu aku akan tak tahan untuk mengecupmu... lembut dan penuh kasih....
namun kutemukan... diriku sendiri... hanya diriku dan angin... dan pohon yang sepi sendiri... dan rembulan yang bersinar indah... sejumput pilu menekan di sini... di relung hati... walau begitu masih ada kehangatan di sana.... semoga tak pernah redup.... ku merindukan datangmu kekasihku... pandanglah bulan... dan rasakan rinduku di sana... abadi.. sampai waktu itu tiba...
"dari mana kamu menyimpulkan aku mencintaimu.... apakah sikapku selama ini menunjukkan aku mencintaimu?..... apakah segala perhatian ku selama ini menunjukkan aku mencintaimu.... apakah dalam segala tawa dan tangis itu kamu menemukan diriku yang mencintaimu..... bukan diajeng, bukan seperti itu... yang benar adalah aku amat sangat mencintaimu.... bahkan ketika aku belum pernah melihat wajahmu sekalipun dalam sebuah gambar. Aku juga bertanya-tanya mengapa aku bisa begitu amat sangat mencintaimu.... sulit untuk dijelaskan, seperti yang pernah kutuliskan padamu... menjelaskan hal ini tidak seperti menjelaskan hal yang lain, tidak ada ilmunya, tidak ada teorinya... karena ini menyangkut rasa, dan aku rasa ini telah mengejawantah dalam segala sikap dan tingkah laku yang selama ini kuarahkan kepada... dengan segenap rasa dalam batinku... Yang jelas didirimu aku menemukan sebuah arti hidup, arti menjadi seseorang, being somebody, dan seseorang itupun menunjukkan sikap yang sebaliknya... tidak lagi peduli rupa dan raga tetapi hanya rasa.... kita juga tela sama-sama saling "berkorban diri" demi kebahagiaan yang lain....
aku akan menulis lagi... nanti malam dan kukirimkan padamu esok ..."
"please, jangan katakan aku bodoh..." keluhku kepadanya
dia menatapku
"apa alasanku? apa alasanku sehingga kamu berpikiran aku akan mengataimu bodoh?"
aku diam.
dia berkata," coba pikirkan, apakah orang pintar kalau masih mengharapkan sesuatu yang diketahuinya pasti bahwa tidak lagi ada yang diharapkan? Apakah orang cerdas, masih merasa ada asa ketika semua sudah musnah tak berbekas?"
aku diam namun batinku bergemuruh. Aku tak tahu harus bagaimana. Yang dikatakannya ada benarnya... mungkinkah karena aku tidak mau menerima kenyataan yang sudah jelas di depan mata? dan apakah ini bukti kebodohanku?
Rerumputan di depanku kulihat bergerak dan mencoba terus bertahan, walau telah coklat keemasan, kering dan bergoyang-goyang diterpa angin senja.
"kamu bisa berkata apa saja. Namun soal rasa kita tidak bisa merekayasa... biarlah dia ada apa adanya. Kamu boleh mengatakan aku bodoh. Aku akan terima itu kalau memang kamu berpikiran begitu, namun aku tak bisa membohongi perasaanku sendiri." keluhku
dia kembali menatapku... ada semburat rasa iba di sana... dan setitik air bening membayang di ujung matanya.... pelan tangannya membelai rambutku... seperti biasa dilakukannya sejak kami masih kecil dulu.... aku hanya bisa tertunduk... dan kutatap rumput kering dalam debu.
senja segera luruh... kegelapan menyergap... dan bulan sabit bersinar... ah apakah ini pertanda masih ada harapan?
kubaca lagi sajak-sajak lama tentang kita ketika hari-hari kita membara dan udara penuh hawa cinta
kubaca lagi sajak-sajak lama tentang kita ketika kubuka hari dengan harapan pasti berjumpa denganmu
kubaca lagi sajak-sajak lama tentang kita ketika nadi bergetar hebat dan dada bergemuruh riuh menahan rasa terbakar oleh api cinta yang berpijar
kini aku merasa hangat di dalam sini dan kucukupkan diriku dengan itu karena tak mungkin bagiku dan bagimu untuk melawan waktu
---------------------------------------- Kabar untukmu sayangKuncup senja menari diujung embunKicau burung kenari menyiramkan kataMembaitkan deretan kalimat bernuansa cintaIndah….menawan kalbu dua manusiaMeretas senja menabur serbuk pelangiMenuai harapan yang indah bersamamuMenyemai benih-benih cinta dalam hangatnya pelukanDekapan yang selalu kita rindukan Aku hadir disini untuk memberikan kabar Sekeping hati telah merindukan hangatnya pelukmuSebait puisi telah aku tulis untuk meninabobokanmuDan semesra kecupan telah aku siapkan untuk keningmuI Love You
kutulis ini setahun yang lalu, kala cinta harus membentur waktu yang tak pernah memihak pada kita dan tak mau berhenti sedetikpun berderak-derak dia berlari ke arah pintu kepastian akan perpisahan denganmu...
................kutuliskan dulu dan kubaca lagi sekarang...... di pantai sunyi di antara camar putih yang melengkingkan cinta jejak kita telah terhapus di pasir ini namun tetap abadi di dalam hati
--------------- "Aku kira itu yang ingin aku sampaikan padamu... sejujurnya dan semoga engkau bisa mengerti apa arti dirimu dalam hidupku.... sekali lagi aku tegaskan aku mencintaimu, engkaulah kekasih hatiku selama-lamanya... dan jangan pernah kau tinggalkan aku.
Desir lembut sang bayu menerpa Menghalau kabut putih sebersih jiwa Ku dengar daun pun mendesah sudah batin kecil terhela suasana
bau rumputan menghantar hening tersunting Sebuah rasa hati dalam buaian bersemi tersemat waktu yang berdenting Masih tersimpan pesona sebuah hati menawan
ada debar yang menggetarkan relung batin ketika sebuah hati bergegas kepada cinta meninggalkan luka dan nestapa, membawa bahagia Menggetar gairah asa tak memilih yang lain
kukenali dirimu penawar dalam mimpiku dalam segenap perjalanan tergegap pesonamu hingga kina tak pudar lenyap Membawa Rindu Sebuah Hati pada kekasih itu
Sebuah senyuman indah tak terganti Membuat aku Selalu terus mencari terkadang membuat hati Alpha pada diri tapi alpha diri adalah cinta untuk sebuah hati
Hari - hariku pun semakin berarti Di saat kau hadir dalam di hidupku Cinta kasihmu yang tulus kepadaku Membuat diriku tak berdaya...
Bayang - bayangmu slalu menemani Membuat diriku semakin rindu Ku tak kan bisa tuk berpaling darimu Engkaulah cinta terakhir untukku
Reff : Cinta yang ku berikan disaat hadirnya dirimu Hilangkan kesedihan yang lama dulu menyiksaku Hangat senyummu yang kau tujukan kepada diriku Menggetarkan seluruh jiwa ragaku
Reff II : Cinta yang ku berikan disaat hadirnya dirimu Hilangkan kesedihan yang lama dulu menyiksaku Hangat senyummu yang kau tujukan kepada diriku Kobarkan api yang membara
Aku cinta padamu, aku sayang padamu Kini ku tak mampu hidup tanpa engkau disisiku Tiada yang bisa menggantikan engkau di hatiku Temani aku selamanya
Entah mengapa aku suka sekali berdiam, berlama-lama di puncak bukit ini. Mungkin karena aku bisa sendiri dengan diriku... me and myself.... Bukit ini memang indah, apalagi di senja hari seperti ini, ketika mentari pulang ke peraduannya. Bias sinarnya di ufuk barat begitu indah. Dari bukit ini aku bisa merasai angin yang berhembus... kadang perlahan... sepoi-sepoi... dan tak jarang berhembus keras, hingga menerpa ku dengan hebat. Aku harus berterima kasih pada angin ini. Kepadanya sering kutitipkan pesan rinduku pada kekasihku yang jauh.. tak lupa kuterbangkan bunga-bunga mungil... agar dibawalah keharumannya kepada kekasihku yang jauh... Aku harus berterima kasih kepada angin, karena sekali dia membawa senandung rinduku pada kekasihku yang jauh... Aku tahu angin tidak akan mengecewakan ku.... dia sudah berjanji padaku, akan menjadi pembawa pesan cinta dan rindu kepada kekasihku.
Aku memandang sekelilingku... selain pohon besar ini... tiada kutemui lagi pepohonan lain di puncak bukit ini. Sekeliling penuh bunga warna-warni. Mereka beranggung-angguk menari, seolah menghibur pohon besar yang sendirian ini, menjadi kawannya yang setia. Aku tiba-tiba dihinggapi rasa kasihan, rasa iba pada pohon ini. Kusentuhkan tangaku pada kulitnya yang kasar. Oh pohon agaknya kita bernasib sama. Kau dan Aku... sama-sama sendiri di bukit sunyi ini. Wahai pohon apakah yang kau tunggu? apakah engkau juga menunggu kekasihmu seperti aku? Engkau pasti sudah lama sekali menunggunya. Apakah kita bisa saling menghibur wahai pohon? kau sendirian dan aku juga sendirian.
Angin masih berhembus... bunga-bunga masih menari... saat aku pulang... mentaripun hanya menyisakan berkas sinar redupnya dan pohon itu masih sendiri... menatap langit dalam sepi... mungkinkah ku dengar raungan rindunya? karena hanya sunyi yang kurasa.